Matius 25:42 - Ajaran Penting Kasih
"Sebab Aku lapar dan kamu tidak memberi Aku makan; Aku haus dan kamu tidak memberi Aku minum;"
Ayat Matius 25:42 merupakan bagian dari perumpamaan Yesus tentang penghakiman terakhir, sebuah ajaran yang sangat mendalam tentang pentingnya kasih dalam tindakan nyata. Dalam konteks yang lebih luas, perikop ini menggambarkan bagaimana kasih kepada sesama, terutama kepada mereka yang lemah dan membutuhkan, merupakan cerminan dari kasih kita kepada Tuhan. Ayat ini secara spesifik menyoroti dua kebutuhan dasar manusia: pangan dan air. Yesus menyatakan bahwa ketika Ia lapar dan haus, dan umat manusia tidak memberikan makan atau minum, itu sama saja dengan mereka tidak memenuhi kebutuhan-Nya.
Penekanan pada "kamu tidak memberi" sangat kuat. Ini bukanlah tentang ketidakmampuan, melainkan ketidakpedulian atau kelalaian. Perumpamaan ini mengajukan sebuah pertanyaan fundamental: bagaimana kita memperlakukan orang-orang di sekitar kita, terutama yang paling rentan? Apakah kita mampu melihat gambaran Tuhan dalam diri orang-orang yang kelaparan, kehausan, asing, telanjang, sakit, atau dipenjara? Ayat ini mengajak kita untuk merenungkan tindakan belas kasih kita sehari-hari. Apakah kita cenderung menutup mata terhadap penderitaan orang lain, atau kita secara aktif mencari cara untuk memberi?
Pesan dari Matius 25:42 melampaui ritual keagamaan atau kepatuhan pada hukum semata. Yesus menunjukkan bahwa esensi dari keimanan yang sejati terletak pada bagaimana kita menerjemahkannya ke dalam tindakan konkret yang membawa kebaikan bagi sesama. Memberi makan orang yang lapar dan memberi minum orang yang haus bukanlah tugas yang rumit atau eksklusif. Tindakan-tindakan sederhana seperti berbagi makanan, menawarkan air minum, memberikan bantuan kecil, atau sekadar memberikan perhatian dan dukungan moral, semuanya masuk dalam kategori pelayanan yang berarti.
Lebih dari sekadar memberi materi, ayat ini juga bisa diartikan secara spiritual. Kelaparan dan kehausan bisa mewakili kerinduan jiwa akan kebenaran, pengampunan, dan pengharapan. Dalam pengertian ini, berbagi Firman Tuhan, menawarkan doa, atau memberikan bimbingan rohani adalah bentuk "memberi makan dan minum" jiwa yang juga sangat dihargai.
Oleh karena itu, Matius 25:42 adalah pengingat yang kuat untuk selalu waspada terhadap kebutuhan orang lain dan bertindak dengan penuh kasih tanpa pamrih. Setiap tindakan kebaikan, sekecil apapun, yang ditujukan kepada sesama, dianggap sebagai tindakan yang dilakukan untuk Kristus sendiri. Ini adalah ajaran yang menyentuh inti dari apa artinya menjadi pengikut Kristus yang sejati: mencintai Tuhan dengan segenap hati dan mencintai sesama seperti diri sendiri, yang terwujud dalam tindakan nyata.