Matius 26:54 - Kehendak Ilahi Tergenapi

"Manakah mungkin Aku tidak meminum cawan yang diberikan Bapa kepada-Ku?"
Ilustrasi cawan dan tangan ilahi Cawan Penderitaan

Ayat Matius 26:54, "Manakah mungkin Aku tidak meminum cawan yang diberikan Bapa kepada-Ku?" merupakan sebuah pernyataan tegas dan penuh makna dari Yesus Kristus pada saat-saat genting sebelum penangkapan-Nya. Kalimat ini diucapkan ketika Yesus berada di taman Getsemani, tempat di mana Ia berdoa dengan penuh pergumulan, menghadapi kenyataan akan penderitaan besar yang akan menimpa-Nya.

Pernyataan ini bukanlah ungkapan kelemahan, melainkan penegasan atas ketaatan dan penerimaan-Nya terhadap kehendak Allah Bapa. "Cawan" di sini adalah metafora yang kuat untuk penderitaan, kesengsaraan, pengorbanan, dan bahkan kematian yang harus Ia jalani demi keselamatan umat manusia. Yesus memahami sepenuhnya arti dari cawan tersebut, beban dosa dunia yang akan ditanggung-Nya di kayu salib.

Pertanyaan retoris yang diajukan-Nya menyiratkan ketidakmungkinan bagi-Nya untuk menghindar dari takdir yang telah ditetapkan oleh Bapa-Nya. Ini menunjukkan penyerahan diri total dan kepercayaan penuh pada rencana ilahi. Meskipun sebagai manusia Yesus merasakan ketakutan dan pergumulan, namun sebagai Anak Allah, Ia memprioritaskan ketaatan pada kehendak Bapa di atas segalanya. "Tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi," demikian doa-Nya yang lain di Getsemani, yang menggemakan semangat ayat ini.

Dalam konteks yang lebih luas, ayat ini mengingatkan kita akan prinsip penting dalam iman Kristen: penerimaan terhadap kehendak Tuhan, bahkan ketika itu melibatkan kesulitan atau kesakitan. Seperti Yesus, kita terkadang dihadapkan pada "cawan" kehidupan yang pahit. Namun, firman ini mengajarkan kita untuk mencari kekuatan dan hikmat dalam doa, mempercayakan segalanya kepada Bapa di surga yang memiliki rencana terbaik bagi kita.

Meminum "cawan" berarti menghadapi dan menyelesaikan apa yang telah ditetapkan. Bagi Yesus, itu adalah penebusan dosa manusia. Bagi kita, bisa jadi itu adalah menghadapi tantangan pribadi, menyelesaikan tugas yang berat, atau menjalani pelajaran hidup yang sulit. Kuncinya adalah meneladani Yesus, yaitu dengan keyakinan bahwa di balik setiap penderitaan, ada tujuan yang lebih besar dan kemuliaan yang akhirnya akan terwujud.

Matius 26:54 adalah pengingat yang kuat tentang pengorbanan Kristus dan teladan ketaatan-Nya. Ini adalah janji bahwa di dalam penerimaan dan penyerahan diri kepada kehendak Bapa, kita menemukan kedamaian sejati dan kekuatan untuk menghadapi apa pun yang ada di depan. Warna-warna cerah dan sejuk yang menyertai pemahaman ayat ini seolah mengingatkan kita pada harapan dan janji keselamatan yang dibawa oleh karya penebusan Kristus.