Matius 26:5

"Tetapi kata mereka: "Jangan pada waktu hari raya, supaya jangan timbul keributan di antara orang banyak."

Rapat

Ayat Matius 26:5 mencatat sebuah momen penting dalam narasi Alkitab, yaitu sebuah percakapan antara para pemimpin agama Yahudi mengenai rencana mereka terhadap Yesus. Meskipun ayat ini singkat, ia membuka jendela ke dalam strategi dan pertimbangan yang sedang berlangsung di kalangan mereka.

Frasa kunci dalam ayat ini adalah "Jangan pada waktu hari raya, supaya jangan timbul keributan di antara orang banyak." Kalimat ini dengan jelas menunjukkan adanya kekhawatiran yang mendalam dari para pemuka agama tersebut. Hari raya yang dimaksud kemungkinan besar adalah Paskah, salah satu perayaan paling penting dalam kalender Yahudi. Paskah adalah waktu di mana ribuan orang dari berbagai penjuru Israel dan bahkan dari luar negeri akan berkumpul di Yerusalem untuk memperingati pembebasan bangsa Israel dari perbudakan di Mesir.

Perhatian mereka bukan pada apakah mereka akan bertindak terhadap Yesus atau tidak, tetapi kapan waktu yang paling tepat untuk melakukannya. Ketakutan mereka akan "keributan di antara orang banyak" mengindikasikan bahwa mereka menyadari popularitas Yesus di kalangan rakyat. Yesus telah melakukan banyak mukjizat, mengajarkan ajaran yang kuat, dan menarik banyak pengikut. Melakukan tindakan drastis terhadap-Nya di tengah keramaian Paskah akan sangat berisiko. Hal ini bisa memicu kemarahan publik, pemberontakan, atau setidaknya menciptakan ketidaknyamanan dan perhatian yang tidak diinginkan dari otoritas Romawi yang saat itu menduduki Yudea.

Keputusan untuk menunda penangkapan atau tindakan lain terhadap Yesus menunjukkan bahwa para pemimpin agama beroperasi dengan perhitungan politik dan sosial. Mereka lebih memprioritaskan menjaga ketertiban umum dan citra mereka di mata massa daripada segera melaksanakan keinginan mereka. Ini juga menunjukkan adanya pemahaman bahwa Yesus memiliki pengaruh yang signifikan, yang bagi mereka merupakan ancaman yang perlu diatasi dengan hati-hati.

Momen ini menjadi semakin ironis ketika kita melihat gambaran yang lebih besar dari kisah Paskah. Yesus sendiri adalah Anak Domba Paskah yang dikorbankan, dan kematian-Nya pada masa Paskah justru menjadi puncak dari rencana penebusan Allah. Para pemimpin agama berusaha untuk mengendalikan situasi, namun pada akhirnya, tindakan mereka yang direncanakan dengan hati-hati justru menjadi bagian tak terpisahkan dari penggenapan kehendak Ilahi.

Pentingnya ayat ini terletak pada kemampuannya untuk menyoroti kompleksitas situasi politik dan agama pada masa Yesus hidup. Ia menunjukkan bahwa ada berbagai kepentingan yang saling bersaing, dan keputusan seringkali dibuat berdasarkan pertimbangan strategis, bukan hanya berdasarkan keyakinan semata. Kehati-hatian yang ditunjukkan oleh para pemimpin agama dalam menunda tindakan mereka terhadap Yesus adalah sebuah pengingat bahwa bahkan dalam rencana-rencana manusia yang paling perhitungan sekalipun, kekuatan yang lebih besar seringkali bekerja untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi.