Matius 26:62 - Yesus Dihadapkan pada Imam Besar

"Lalu Imam Besar itu bangkit berdiri dan berkata kepada-Nya: "Tidakkah Engkau memberi jawab atas tuduhan yang diajukan saksi-saksi terhadap-Mu ini?""
Perwakilan artistik kesunyian di hadapan pertanyaan.

Ayat Matius 26:62 menceritakan momen krusial dalam pengadilan Yesus. Saat itu, Yesus sedang diadili oleh Mahkamah Agama Yahudi, yang dipimpin oleh Imam Besar Kayafas. Terdapat para imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi yang berkumpul, menyaksikan dan turut ambil bagian dalam proses persidangan yang penuh dengan tuduhan palsu dan kesaksian yang tidak benar.

Dalam suasana yang tegang dan penuh permusuhan, berbagai saksi telah memberikan kesaksian mereka, mencoba mencari dasar untuk menghukum Yesus. Namun, kesaksian mereka sering kali saling bertentangan atau tidak relevan. Di tengah ketegangan ini, Imam Besar Kayafas, sebagai otoritas tertinggi, merasa perlu untuk mendorong jalannya persidangan dan mencari pengakuan dari Yesus sendiri. Pertanyaannya yang diajukan, "Tidakkah Engkau memberi jawab atas tuduhan yang diajukan saksi-saksi terhadap-Mu ini?" merupakan upaya untuk mendapatkan "bukti" yang lebih kuat, atau setidaknya untuk menunjukkan bahwa Yesus menolak untuk membela diri, yang bisa dianggap sebagai tanda bersalah.

Respon Yesus dalam ayat ini sangatlah luar biasa. Alih-alih terpancing emosi atau berusaha membela diri secara manusiawi, Matius mencatat bahwa Yesus hanya diam. Kesunyian ini bukanlah kekalahan, melainkan sebuah penegasan akan otoritas dan kesadaran-Nya akan misi-Nya. Ia tidak perlu menjawab tuduhan-tuduhan palsu yang dilontarkan oleh para penentangnya. Diamnya Yesus dalam menghadapi pertanyaan Imam Besar ini menunjukkan ketenangan, ketabahan, dan keyakinan-Nya pada kebenaran yang lebih tinggi.

Momen ini juga memperlihatkan kontras yang tajam antara kebijaksanaan ilahi Yesus dan kebodohan serta kejahatan manusia yang berusaha menjebak-Nya. Para pemimpin agama pada masa itu telah dibutakan oleh kekuasaan dan kepentingan duniawi, sehingga mereka gagal mengenali Sang Mesias yang telah dijanjikan. Pertanyaan Kayafas, yang bernada menuduh dan penuh tantangan, sebenarnya tidak membutuhkan jawaban verbal dari Yesus untuk mengungkap kebenaran. Kebenaran sejati tentang identitas Yesus akan dinyatakan melalui pengorbanan-Nya dan kebangkitan-Nya.

Lebih jauh lagi, kesunyian Yesus di hadapan Kayafas ini juga mengingatkan kita pada nubuat para nabi mengenai Mesias yang akan menderita. Ia datang bukan untuk melawan secara fisik atau membela diri dengan argumen duniawi, melainkan untuk menggenapi rencana penebusan Allah. Ayat ini, bersama dengan konteksnya dalam Injil Matius, menjadi pengingat akan pengorbanan Kristus yang tanpa pamrih, kesabaran-Nya dalam penderitaan, dan kebenaran-Nya yang tidak tergoyahkan di hadapan segala kesulitan.