"Lalu api menyala dalam jemaah itu, dan membakar habis orang-orang fasik." (Mazmur 106:18)
Ayat Mazmur 106:18 melukiskan gambaran yang kuat dan sekaligus mengerikan tentang murka ilahi yang menimpa umat-Nya. Peristiwa ini terjadi dalam konteks pemberontakan bangsa Israel di padang gurun. Setelah berbagai tanda kebaikan dan penyelamatan dari Tuhan, mereka kembali jatuh ke dalam dosa, merindukan kembali kehidupan yang lebih baik di Mesir, bahkan berani menyembah berhala. Ketidaktaatan dan ketidakpercayaan mereka memicu api penghakiman yang dinyalakan oleh Tuhan sendiri.
Api dalam konteks Alkitabiah sering kali melambangkan pemurnian, kekudusan, atau penghakiman. Dalam ayat ini, api tersebut secara spesifik diarahkan kepada "orang-orang fasik" dalam jemaah. Ini menunjukkan bahwa murka Tuhan bukanlah sesuatu yang menimpa seluruh umat-Nya secara membabi buta, melainkan sebuah respons terhadap dosa dan kefasikan yang merajalela. Tindakan ini berfungsi sebagai peringatan keras bagi generasi selanjutnya, mengingatkan mereka tentang konsekuensi serius dari berpaling dari Tuhan.
Kisah ini memberikan pelajaran penting bagi kita hari ini. Pertama, pentingnya ketaatan dan kesetiaan kepada Tuhan. Mazmur ini mengingatkan bahwa hubungan dengan Tuhan tidak hanya tentang doa dan pujian, tetapi juga tentang menjalani kehidupan sesuai dengan perintah-Nya. Kegagalan untuk melakukannya dapat membawa konsekuensi yang menyakitkan.
Kedua, keberadaan dosa dalam komunitas. Ketika kefasikan dibiarkan tumbuh subur dalam persekutuan orang percaya, hal itu dapat menarik murka ilahi dan merusak kesaksian gereja. Mazmur 106:18 mendorong kita untuk secara aktif memerangi dosa dalam diri sendiri dan dalam komunitas kita, agar kita tidak menjadi sasaran penghakiman Tuhan.
Ketiga, pentingnya mengenang perbuatan Tuhan. Pemazmur menulis Mazmur ini sebagai pengingat akan perbuatan-perbuatan Tuhan di masa lalu, baik kebaikan-Nya maupun hukuman-Nya. Dengan mengingat sejarah, kita dapat belajar untuk menghindari kesalahan yang sama dan lebih menghargai anugerah serta kasih setia Tuhan. Kisah penghakiman ini bukanlah akhir dari segalanya, melainkan sebuah pukulan agar umat-Nya kembali ke jalan yang benar.
Sama seperti api membakar kayu kering, demikian pula ketidaktaatan membakar fondasi spiritual suatu bangsa atau komunitas. Mazmur 106:18 adalah seruan untuk kewaspadaan, pengingat akan kekudusan Tuhan dan keseriusan dosa. Semoga kita senantiasa belajar dari sejarah, menjaga hati kita tetap setia kepada Tuhan, dan hidup dalam kekudusan agar kita dapat menikmati berkat-Nya, bukan murka-Nya. Ingatlah peringatan ini agar kita tidak "terbakar" oleh api dosa dan penghakiman. Pelajari lebih lanjut tentang Mazmur 106 dan konteks ayat ini untuk pemahaman yang lebih mendalam tentang kesetiaan Tuhan dan panggilan-Nya bagi umat-Nya.