Mazmur 106 adalah nyanyian pengingat tentang kesetiaan Tuhan dan ketidaksetiaan umat-Nya. Ayat 25 secara spesifik menyoroti titik kritis dalam sejarah Israel, di mana hati mereka mulai meragukan dan menolak suara Tuhan. Frasa "Mereka mencampakkan firman-Nya" menggambarkan penolakan aktif terhadap kebenaran yang telah diwahyukan Allah. Ini bukan sekadar kelalaian, melainkan sebuah tindakan memilih untuk mengabaikan apa yang telah Tuhan katakan.
Penyebab utama dari sikap ini seringkali adalah godaan duniawi, keinginan daging, atau keyakinan pada kekuatan sendiri. Ketika firman Tuhan terasa memberatkan, menantang kebiasaan lama, atau tidak sesuai dengan keinginan pribadi, godaan untuk "mencampakkannya" menjadi sangat kuat. Alih-alih bergantung pada janji dan bimbingan Ilahi, mereka memilih jalan yang lebih mudah atau lebih menarik menurut pandangan mereka sendiri.
Penyebutan "dalam kemah-kemah mereka" memberikan gambaran yang sangat intim. Ini bukan tentang pemberontakan di ruang publik, tetapi tentang cara hidup sehari-hari yang terjalin dalam rutinitas mereka. Firman Tuhan seharusnya menjadi panduan utama dalam setiap aspek kehidupan, mulai dari keluarga, pekerjaan, hingga interaksi sosial. Namun, dalam konteks Mazmur 106:25, firman Tuhan mulai diabaikan dalam ruang privat dan personal.
Ini adalah peringatan keras bagi kita. Seberapa sering kita membawa firman Tuhan ke dalam setiap aspek kehidupan kita? Atau, apakah firman Tuhan hanya menjadi sesuatu yang kita dengarkan di gereja, lalu dilupakan ketika kita kembali ke "kemah" kehidupan kita sehari-hari? Mengabaikan firman Tuhan dalam kehidupan pribadi adalah benih dari ketidaktaatan yang lebih besar. Ketika kita tidak mendengarkan suara Tuhan dalam hal-hal kecil, kita menjadi lebih rentan untuk mengabaikannya dalam hal-hal besar.
Akibat dari sikap "mencampakkan firman-Nya" dan "tidak mendengarkan suara TUHAN" adalah hilangnya bimbingan Ilahi. Ketika umat Tuhan berpaling dari-Nya, mereka tidak lagi memiliki kompas moral dan spiritual yang akurat. Ini seringkali membawa mereka ke dalam kesesatan, penderitaan, dan pembuangan, seperti yang tergambar dalam banyak bagian Mazmur 106. Mereka mungkin berpikir sedang membuat keputusan yang baik bagi diri mereka sendiri, namun tanpa suara Tuhan, keputusan tersebut justru menjauhkan mereka dari sumber kebaikan.
Firman Tuhan adalah peta dan suar yang menuntun kita melalui lautan kehidupan yang penuh gejolak. Mengabaikannya berarti mengarungi lautan tanpa peta, tersesat, dan rentan terhadap badai. Ayat ini mengajak kita untuk merenungkan seberapa besar kita menghargai suara Tuhan dalam hidup kita. Apakah kita aktif mendengarkan, merenungkan, dan menerapkannya, ataukah kita diam-diam "mencampakkannya" dalam kesibukan dan keinginan duniawi?
Mazmur 106:25 bukan hanya catatan sejarah, tetapi sebuah peringatan yang relevan untuk setiap generasi. Mengabaikan firman Tuhan adalah bentuk keraguan terhadap kebijaksanaan, kebaikan, dan kedaulatan-Nya. Sebaliknya, ketika kita dengan tulus hati mendengarkan dan menaati suara Tuhan, kita membuka diri untuk menerima berkat, bimbingan, dan perlindungan-Nya. Biarlah ayat ini memotivasi kita untuk menjadi pendengar firman yang setia dan pelaku firman yang taat, agar kita tidak tersesat dalam jalan yang jauh dari kehendak-Nya.