Mazmur 106:44

"Namun Ia memandang juga kesusahan mereka, ketika mendengar seruan mereka."

Ayat Mazmur 106:44 mengingatkan kita akan sifat Allah yang penuh kasih dan perhatian, bahkan di tengah-tengah kesalahan dan pemberontakan umat-Nya. Perikop ini menceritakan kembali sejarah panjang bangsa Israel, dari perbuatan sia-sia nenek moyang mereka hingga penderitaan yang mereka alami. Namun, di balik gambaran kegagalan dan hukuman ilahi, terselip sebuah kebenaran fundamental: Allah tidak pernah sepenuhnya meninggalkan umat-Nya.

Meskipun umat Israel sering kali jatuh dalam dosa, melupakan perbuatan ajaib Tuhan, dan hidup dalam kesesatan, Mazmur ini menegaskan bahwa Allah terus berinteraksi dengan mereka. Kata "namun" di awal ayat 44 menjadi jembatan penting, menandakan sebuah pergeseran dari narasi kegagalan menuju perwujudan kasih karunia ilahi. Ini menunjukkan bahwa Tuhan melihat lebih dari sekadar kesalahan dan dosa. Dia melihat penderitaan yang timbul dari pilihan-pilihan buruk itu.

"Ia memandang juga kesusahan mereka, ketika mendengar seruan mereka." Pernyataan ini sangat kuat. Ini bukan hanya tentang melihat dari kejauhan, tetapi sebuah tindakan perhatian aktif. Allah mendengar tangisan dan keluh kesah umat-Nya. Seruan-seruan ini mungkin adalah ungkapan penyesalan yang tulus, keputusasaan karena penderitaan, atau rindu akan pertolongan. Apapun bentuknya, Tuhan mendengar dan merespons. Ini menunjukkan belas kasihan-Nya yang tidak habis-habisnya dan kesetiaan-Nya yang melampaui ketidaktaatan manusia.

Dalam konteks sejarah Israel, kesusahan ini sering kali adalah akibat dari penindasan bangsa lain, pembuangan, atau kesulitan hidup lainnya yang disebabkan oleh dosa mereka sendiri. Namun, bahkan dalam situasi terburuk sekalipun, ketika mereka meratap kepada Tuhan, Allah akan turun tangan. Ayat ini adalah janji bahwa di tengah badai kehidupan, ada telinga yang mendengar, mata yang melihat, dan tangan yang siap menolong.

Bagi kita di masa kini, Mazmur 106:44 menawarkan penghiburan yang mendalam. Kita semua pernah mengalami kegagalan, membuat kesalahan, dan merasakan konsekuensinya. Terkadang, kita mungkin merasa terisolasi dalam penderitaan kita, seolah-olah tidak ada yang peduli. Namun, ayat ini mengingatkan kita bahwa Tuhan berdaulat atas segala keadaan, dan Dia sangat peduli. Dia melihat setiap air mata, mendengar setiap doa yang terucap maupun yang tersembunyi di hati.

Kebaikan Tuhan yang digambarkan dalam ayat ini bukanlah hasil dari kelayakan kita, melainkan sifat dasar-Nya. Dia adalah Allah yang berbelas kasihan, sabar, dan penuh kasih setia. Ketika kita berseru kepada-Nya dalam kesusahan, seperti yang dilakukan umat Israel, Dia mendengarkan. Ayat ini mendorong kita untuk tidak pernah putus asa, tetapi terus datang kepada Tuhan dengan segala beban dan kerinduan kita, yakin bahwa Dia akan memandang dan mendengar.

Telinga Mendengar, Hati Merespon

Visualisasi: Telinga yang mendengar, mata yang melihat, dan gelombang suara yang menyebar, melambangkan perhatian ilahi dan respons terhadap seruan.