Kekuatan dan Kelepasan dari Allah
Mazmur 108:6 adalah sebuah seruan doa yang mendalam, sebuah ungkapan iman yang teguh di tengah badai kehidupan. Ayat ini bukan sekadar rangkaian kata, melainkan sebuah pengakuan bahwa dalam situasi terdesak sekalipun, pertolongan sejati hanya datang dari Yang Mahakuasa. Ketika dunia terasa runtuh dan ancaman mengintai, manusia mencari pegangan, dan ayat ini mengingatkan kita untuk memalingkan pandangan kepada Allah.
Frasa "Supaya orang yang Kaukasihi terluput" menunjukkan sebuah pemahaman yang krusial: bahwa kelepasan dan keselamatan itu adalah anugerah ilahi yang diberikan kepada mereka yang dikasihi Allah. Ini bukan tentang kelayakan atau jasa manusia, melainkan tentang kasih karunia-Nya. Kita, sebagai umat manusia, kerap kali tersandung dalam dosa dan kesalahan, namun kasih Allah tidak pernah padam. Ayat ini menegaskan bahwa di dalam kasih-Nya, Ia berkenan melepaskan kita dari segala jerat dan bahaya.
Tangan Kanan Allah: Simbol Kekuatan
Penggunaan frasa "selamatkanlah dengan tangan kanan-Mu" sangatlah simbolis dan kaya makna. Tangan kanan dalam tradisi Alkitab sering kali diasosiasikan dengan kekuatan, otoritas, dan kekuasaan. Ketika Daud, pemazmur, memohon untuk diselamatkan dengan tangan kanan Allah, ia sedang memanggil kekuatan ilahi yang tak tertandingi untuk bertindak. Ini adalah permohonan agar Allah mengerahkan segenap kuasa-Nya untuk membebaskan dirinya dari musuh, kesulitan, atau apa pun yang mengancam.
Di era modern ini, kita mungkin tidak menghadapi ancaman fisik yang sama seperti Daud, tetapi pergumulan hidup tetap ada. Beban pekerjaan, krisis pribadi, keraguan iman, atau rasa cemas yang berlebihan, semuanya bisa terasa seperti ancaman yang meremukkan. Mazmur 108:6 mengingatkan kita bahwa di balik segala kesulitan tersebut, ada "tangan kanan" Allah yang siap menopang dan menyelamatkan. Ia memiliki kekuatan untuk mengangkat kita dari jurang keputusasaan dan memberikan kemenangan.
Jawaban Doa yang Dinanti
Bagian terakhir dari ayat ini, "dan jawablah aku!", adalah puncak dari permohonan. Ini adalah penantian penuh harap akan respons dari Allah. Doa bukanlah monolog, melainkan sebuah dialog dengan Sang Pencipta. Memohon agar Allah menjawab doa kita berarti kita percaya bahwa Ia mendengar dan peduli terhadap setiap ungkapan hati kita. Kepercayaan ini adalah fondasi iman.
Dalam pengalaman iman, jawaban doa mungkin tidak selalu datang dalam bentuk yang kita bayangkan. Terkadang, jawaban itu adalah kekuatan untuk bertahan, kebijaksanaan untuk mengambil keputusan yang tepat, atau kedamaian yang melampaui segala akal. Yang terpenting adalah tetap berkomunikasi dengan Allah melalui doa, yakin bahwa Ia tidak pernah menutup telinga-Nya. Mazmur 108:6 mengajarkan kita untuk tidak pernah menyerah dalam berdoa, karena Allah yang kita sembah adalah Allah yang menjawab. Ia yang mengasihi kita, Ia yang memiliki kuasa untuk menyelamatkan, dan Ia yang pasti akan mendengar seruan umat-Nya.