Mazmur 112 adalah sebuah nyanyian pujian yang sangat indah, yang menggambarkan berkat dan kebahagiaan yang melimpah bagi orang yang takut akan Tuhan dan senang melakukan perintah-perintah-Nya. Ayat kesepuluh dari mazmur ini, seperti yang kita renungkan bersama, menawarkan sebuah kontras yang tajam, menyoroti nasib akhir dari orang-orang yang menolak jalan kebenaran.
Kutipan tersebut berbunyi, "Orang fasik akan melihatnya dan akan marah, ia akan menggeretak-geretak giginya dan binasa; kerinduan orang fasik akan hilang." Frasa "melihatnya" merujuk pada kemakmuran, kedamaian, dan kebahagiaan yang dinikmati oleh orang benar, sebagaimana digambarkan dalam ayat-ayat sebelumnya di Mazmur 112. Orang benar diberkati dengan kekayaan, kemurahan hati, keadilan, dan keberhasilan yang langgeng. Mereka terang di dalam kegelapan, murah hati, dan pemurah. Kehidupan mereka dipenuhi dengan buah kebaikan dan keturunan yang diberkati.
Ketika orang fasik menyaksikan berkat-berkat ini, reaksi alami mereka bukanlah sukacita atau pembelajaran, melainkan kemarahan dan kecemburuan. Sifat mereka yang egois dan menentang kebaikan membuat mereka tidak mampu menikmati atau menghargai apa yang Tuhan berikan kepada orang yang taat. Kemarahan mereka adalah ekspresi dari ketidakberdayaan mereka; mereka ingin segala sesuatu yang dimiliki orang benar, namun tidak mau mengikuti jalan yang sama yang membawa kepada berkat tersebut. "Menggeretak-geretak giginya" adalah gambaran yang kuat tentang frustrasi, kekecewaan, dan kebencian yang mendalam.
Lebih jauh lagi, ayat ini menyatakan bahwa orang fasik "akan binasa." Ini bukan sekadar kematian fisik, tetapi juga kehancuran spiritual dan kekekalan. Jalan mereka, yang berbeda dengan jalan orang benar, pada akhirnya mengarah pada pemisahan dari Tuhan dan segala kebaikan. Ini adalah konsekuensi logis dari penolakan mereka terhadap kebenaran dan penolakan terhadap cara hidup yang didasarkan pada kasih dan ketaatan kepada Tuhan.
Aspek terakhir yang ditekankan adalah bahwa "kerinduan orang fasik akan hilang." Kerinduan mereka, yang seringkali berpusat pada kekayaan duniawi, kekuasaan, atau kesenangan egois, tidak akan pernah terpenuhi dalam kepenuhan yang sejati. Sebaliknya, kerinduan mereka akan lenyap, mungkin karena mereka menyadari kesia-siaan pengejaran mereka, atau karena mereka akhirnya menghadapi konsekuensi dari pilihan hidup mereka. Di sisi lain, orang benar akan melihat kerinduan mereka terpenuhi; hati mereka akan dipenuhi dengan sukacita dan kedamaian yang datang dari hubungan yang benar dengan Tuhan.
Mazmur 112:10 mengingatkan kita bahwa ada dua jalan yang berbeda dengan hasil akhir yang sangat berlawanan. Jalan orang benar, yang ditandai dengan iman, ketaatan, dan kebaikan, mengarah pada berkat yang langgeng dan sukacita yang mendalam. Sementara itu, jalan orang fasik, yang ditandai dengan pemberontakan, keegoisan, dan kebencian terhadap kebaikan, pada akhirnya akan membawa pada kehancuran dan kekecewaan. Ini adalah panggilan untuk introspeksi, untuk memastikan bahwa kita memilih jalan yang menyenangkan Tuhan, sehingga kita dapat mengalami kebahagiaan sejati yang dijanjikan dalam firman-Nya.