Mazmur 119 adalah sebuah mahakarya puitis yang didedikasikan untuk cinta dan kekaguman terhadap hukum, perintah, kesaksian, dan ketetapan Tuhan. Di tengah rentetan ayat yang memuliakan firman Ilahi, Mazmur 119:163 menyajikan sebuah pernyataan yang kuat dan lugas mengenai dua sikap hati yang kontras: kebencian terhadap kepalsuan dan cinta yang mendalam terhadap kebenaran Tuhan.
Ayat ini, "Aku benci dan jijik kepada dusta, tetapi aku cinta Taurat-Mu," menunjukkan sebuah polaritas yang jelas dalam pandangan hidup pemazmur. Dusta, atau kebohongan, digambarkan dengan kata yang sangat kuat: "benci" dan "jijik." Ini bukan sekadar ketidaksetujuan ringan, melainkan penolakan total yang mengakar kuat dalam sanubari. Dalam konteks spiritual, dusta seringkali merujuk pada segala sesuatu yang menyesatkan, menipu, atau menyimpang dari kebenaran ilahi. Dusta bisa muncul dalam bentuk ajaran sesat, kebohongan manusia, godaan duniawi yang menjanjikan kesenangan palsu, atau bahkan cara berpikir yang keliru tentang diri sendiri dan Tuhan.
Ketidaksukaan yang mendalam ini terhadap dusta menjadi pondasi bagi penghargaan yang luar biasa terhadap "Taurat-Mu." Taurat di sini melambangkan seluruh pengajaran ilahi, firman Tuhan yang menjadi petunjuk hidup. Pemazmur tidak hanya "suka" atau "mematuhi" Taurat, melainkan "cinta" padanya. Cinta ini menyiratkan hubungan yang intim, kerinduan, dan keterikatan emosional yang mendalam. Ia menemukan keindahan, kekuatan, dan keselamatan dalam firman Tuhan. Cinta ini mendorongnya untuk hidup sesuai dengan kebenaran, menjauhi segala bentuk kepalsuan yang dapat merusak jiwa.
Refleksi dalam Kehidupan Modern
Di era informasi yang serba cepat ini, ayat Mazmur 119:163 terasa sangat relevan. Kita terus-menerus dibombardir oleh berbagai macam informasi, banyak di antaranya tidak akurat, menyesatkan, atau sengaja dibuat untuk memanipulasi. Berita palsu (hoax), propaganda, klaim-klaim tanpa dasar, dan gosip menjadi bagian dari lanskap digital kita. Dalam menghadapi arus informasi yang deras ini, penting bagi kita untuk memiliki ketajaman spiritual yang sama seperti pemazmur, yaitu mampu membedakan antara kebenaran dan kebohongan.
Kebencian terhadap dusta bukanlah tentang menjadi sinis atau curiga terhadap semua orang. Sebaliknya, ini adalah tentang membangun fondasi kebenaran dalam diri kita sendiri dan secara aktif mencari serta memegang teguh firman Tuhan. Firman Tuhan berfungsi sebagai kompas moral dan spiritual yang membantu kita menavigasi kompleksitas dunia. Ketika kita mencintai Taurat-Nya, kita membiarkan kebenaran-Nya membentuk cara pandang kita, perkataan kita, dan tindakan kita.
Menumbuhkan Cinta pada Firman Tuhan
Bagaimana kita dapat menumbuhkan cinta yang mendalam terhadap firman Tuhan, layaknya pemazmur? Proses ini seringkali dimulai dari keterbukaan untuk mempelajari firman Tuhan secara konsisten, baik melalui pembacaan pribadi, renungan, maupun komunitas iman. Semakin kita menyelami hikmat dan kasih yang terkandung dalam firman Tuhan, semakin besar pula kita akan melihat kontrasnya dengan kepalsuan yang menggoda namun merusak.
Mazmur 119:163 mengingatkan kita bahwa integritas spiritual adalah sebuah pilihan aktif. Kita harus secara sadar memilih untuk membenci apa yang Tuhan benci (kebohongan) dan mencintai apa yang Tuhan cintai (kebenaran-Nya). Dengan demikian, kita dapat hidup lebih otentik, bijaksana, dan berkenan di hadapan Tuhan, serta menjadi sumber kebenaran di tengah dunia yang seringkali dilanda kebohongan.