Jauhkanlah dari padaku kecelaan dan hinaan, sebab aku memelihara perintah-perintah-Mu.
Mazmur 119 adalah mazmur akrostik yang sangat panjang, dengan 22 bagian yang masing-masing terdiri dari 8 ayat. Setiap bagian dimulai dengan huruf Ibrani yang berurutan, dan setiap ayat dalam pasal ini secara keseluruhan berfokus pada firman Tuhan. Ayat 22, yang berbunyi, "Jauhkanlah dari padaku kecelaan dan hinaan, sebab aku memelihara perintah-perintah-Mu," adalah sebuah permohonan yang kuat dan penuh keyakinan. Daud, sang pemazmur, menyadari bahwa jalan hidup yang penuh dengan kebajikan dan ketaatan kepada Tuhan adalah kunci untuk terhindar dari aib dan noda di mata manusia maupun di hadapan Sang Pencipta.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita seringkali menghadapi berbagai tekanan dan godaan yang dapat mengarahkan kita pada tindakan yang salah. Perkataan yang tidak pantas, perbuatan yang melanggar prinsip, atau bahkan pikiran yang kotor, semua itu dapat menjadi sumber "kecelaan dan hinaan." Daud tidak meminta Tuhan untuk secara ajaib menghilangkan kesulitan hidup, melainkan ia memohon agar diberikan kekuatan dan kebijaksanaan untuk menjauhi segala sesuatu yang dapat merusak reputasinya di hadapan Tuhan dan sesama. Frasa "kecelaan dan hinaan" mencakup berbagai bentuk ketidaksetujuan, rasa malu, atau pandangan negatif yang timbul dari kegagalan untuk hidup sesuai dengan standar ilahi.
Dasar dari permohonan Daud bukanlah pada usahanya sendiri untuk menjadi sempurna—sesuatu yang mustahil bagi manusia—melainkan pada komitmennya untuk "memelihara perintah-perintah-Mu." Ini menyiratkan sebuah usaha yang berkelanjutan untuk mengerti, menghafal, merenungkan, dan mematuhi firman Tuhan. Ketaatan yang tulus bukanlah beban, melainkan sebuah pilihan sadar yang memberikan arah dan perlindungan. Ketika seseorang menjadikan perintah-perintah Tuhan sebagai panduan hidupnya, ia secara inheren menjauhkan dirinya dari tindakan-tindakan yang akan mendatangkan cela.
Perintah-perintah Tuhan bukan hanya aturan yang kaku, tetapi juga ungkapan kasih dan hikmat ilahi yang dirancang untuk kesejahteraan kita. Dengan memelihara perintah-perintah ini, kita membangun integritas pribadi yang kokoh. Integritas inilah yang menjadi semacam perisai, menangkis serangan negatif dari luar dan membersihkan diri dari kotoran batin. Gambar SVG yang disajikan di sini menggambarkan sebuah perisai yang melindungi hati yang bersih. Hati yang bersih, yang mencerminkan kepatuhan pada firman Tuhan, adalah inti dari kehidupan yang terhindar dari kecelaan.
Menyadari kelemahan diri kita sendiri adalah langkah pertama yang penting. Daud, meskipun seorang raja, tidak merasa malu untuk berseru kepada Tuhan memohon pertolongan. Permohonan ini mengajarkan kita bahwa perlindungan sejati dari kecelaan dan hinaan datang dari Tuhan, dan cara untuk mengakses perlindungan itu adalah melalui ketaatan yang setia kepada-Nya. Dalam dunia yang seringkali memprioritaskan kesuksesan duniawi atau popularitas sesaat, ayat ini mengingatkan kita akan nilai abadi dari hidup yang berkenan kepada Tuhan. Dengan memelihara firman-Nya, kita tidak hanya membangun karakter yang kuat, tetapi juga memastikan bahwa hidup kita memiliki fondasi yang kokoh, bebas dari noda yang dapat merusak warisan rohani kita.