Mazmur 119:96 - Kasih pada Hukum Allah

"Aku melihat segala kesempurnaan ada batasnya, tetapi perintah-Mu sungguh tak terbatas."

Mazmur 119 adalah salah satu bab terpanjang dalam Alkitab, dan setiap ayatnya dirancang untuk memuliakan serta merenungkan Firman Tuhan. Dalam ayat 96, pemazmur Daud mengungkapkan sebuah pemahaman mendalam tentang sifat ketidaksempurnaan segala sesuatu yang diciptakan, dibandingkan dengan kesempurnaan mutlak dari hukum dan perintah Allah. Pernyataan ini bukan sekadar observasi filosofis, melainkan sebuah pengakuan iman yang mengarah pada apresiasi yang lebih dalam terhadap kebenaran ilahi.

Daud menyadari bahwa semua hal yang dapat dilihat oleh mata manusia, segala karya, rencana, bahkan manusia itu sendiri, memiliki batasan. Kekuatan fisik terbatas, kecerdasan manusia memiliki batas, masa hidup pasti berakhir, dan bahkan keindahan yang paling memukau pun akan pudar seiring waktu. Segala sesuatu di dunia ini tunduk pada hukum alam dan keterbatasan eksistensial. Namun, di tengah keterbatasan duniawi ini, pemazmur menemukan kontras yang luar biasa dalam Firman Tuhan.

Perintah-Nya, hukum-Nya, Firman-Nya—ini adalah sesuatu yang pemazmur gambarkan sebagai "sungguh tak terbatas." Kata "tak terbatas" di sini menyiratkan kedalaman yang tidak terhingga, kebenaran yang abadi, dan kebijaksanaan yang melampaui pemahaman manusia. Hukum Allah tidak lekang oleh waktu, tidak terpengaruh oleh perubahan zaman, dan tidak memiliki cacat atau kekurangan. Kebenaran-Nya tetap kokoh, kekal, dan menjadi sumber pengharapan yang tak tergoyahkan.

Kebenaran Ilahi Tak Berbatas Sebuah pengingat akan keagungan hukum Allah

Pemahaman ini memberikan perspektif yang sangat penting bagi setiap orang yang mencari makna dan kebenaran sejati. Ketika kita dihadapkan pada ketidakpastian hidup, kekecewaan, atau keterbatasan diri, kita dapat kembali kepada Firman Tuhan. Di sanalah kita menemukan fondasi yang kokoh, prinsip-prinsip yang tak berubah, dan kasih karunia yang tak berkesudahan. Hukum Allah bukan sekadar seperangkat aturan, tetapi adalah cerminan dari karakter-Nya yang sempurna. Mempelajarinya, mematuhinya, dan hidup di dalamnya berarti berinteraksi dengan sumber kebaikan dan kebenaran yang tak akan pernah habis.

Bagi pemazmur, kesadaran akan keterbatasan segala sesuatu justru mempertinggi nilainya Firman Tuhan. Ini mendorongnya untuk lebih mengasihi, menghargai, dan mendambakan kebenaran ilahi. Dalam dunia yang penuh dengan perubahan dan ketidakpastian, Mazmur 119:96 mengingatkan kita untuk mengalihkan pandangan dari hal-hal yang fana dan merangkul kebenaran abadi yang ditawarkan melalui firman Tuhan. Ini adalah panggilan untuk menemukan kepuasan dan arah dalam sesuatu yang benar-benar sempurna dan tak terbatas.