"Pujilah TUHAN! Pujilah nama TUHAN, wahai hamba-hamba TUHAN, kamu yang bertugas di rumah TUHAN, di pelataran rumah Allah kita!"
Ayat pembuka dari Mazmur 135 ini adalah sebuah panggilan seruan yang kuat dan langsung kepada umat Tuhan. "Pujilah TUHAN!" – dua kata sederhana namun sarat makna. Ini bukan sekadar undangan pasif, melainkan sebuah perintah aktif yang menggemakan di seluruh bait suci dan hati para penyembah.
Ayat ini menyoroti beberapa aspek penting dari ibadah dan hubungan kita dengan Sang Pencipta. Pertama, penekanan pada "nama TUHAN" menunjukkan pengakuan atas pribadi-Nya, kekudusan-Nya, kuasa-Nya, dan segala kebaikan-Nya. Memuji nama-Nya berarti mengakui siapa Dia sebenarnya dan segala yang telah Dia lakukan. Ini adalah respons yang tulus dari hati yang penuh syukur dan takjub.
Lebih lanjut, ayat ini secara spesifik menujukan panggilan pujian kepada "hamba-hamba TUHAN". Ini menyiratkan bahwa ada kelompok orang yang secara khusus dipilih dan dipanggil untuk melayani Dia. Mereka adalah orang-orang yang mengabdikan hidup mereka untuk kehendak-Nya, yang bertugas di tempat-tempat di mana hadirat-Nya dinyatakan. Tugas mereka, baik yang terlihat maupun yang tidak terlihat, semuanya diarahkan untuk kemuliaan nama-Nya.
Penyebutan "rumah TUHAN" dan "pelataran rumah Allah kita" membawa kita pada gambaran tempat ibadah, Bait Suci, atau gereja. Ini adalah tempat di mana umat berkumpul untuk bersukacita, berdoa, dan menyembah bersama. Namun, panggilan pujian ini tidak terbatas hanya pada mereka yang secara fisik berada di dalam atau di sekitar rumah ibadah. Roh dari ayat ini adalah bahwa setiap orang yang mengaku sebagai hamba Tuhan, di mana pun mereka berada, dipanggil untuk memuliakan nama-Nya.
Mazmur 135:1 mengingatkan kita bahwa pujian bukan hanya ritual semata, melainkan sebuah gaya hidup. Ini adalah ungkapan iman yang hidup, pengakuan akan kedaulatan-Nya atas segala sesuatu. Dalam kesibukan dunia modern, seringkali kita lupa untuk berhenti sejenak dan mengangkat suara kita dalam pujian. Ayat ini mengajak kita untuk kembali fokus pada sumber segala kebaikan dan perlindungan kita.
Saat kita merenungkan ayat ini, mari kita tanyakan pada diri sendiri: Seberapa sering kita benar-benar memuji nama TUHAN dalam kehidupan sehari-hari? Apakah pujian kita hanya terbatas pada momen-momen ibadah formal, ataukah ia mengalir dalam setiap aspek kehidupan kita? Panggilan ini bersifat universal bagi setiap orang percaya, mengundang kita semua untuk menghiasi hari-hari kita dengan ucapan syukur dan penyembahan yang tak pernah padam, memancarkan cahaya kebaikan Tuhan ke dunia di sekitar kita.