"Bagaimanakah kami menyanyikan lagu TUHAN di tanah asing?"
Mazmur 137 adalah ratapan yang mendalam dari bangsa Israel yang dibuang ke Babel. Di tengah kesedihan dan penderitaan pengasingan, pemazmur merenungkan kondisi mereka yang menyedihkan. Ayat keempat, "Bagaimanakah kami menyanyikan lagu TUHAN di tanah asing?", menjadi inti dari pergulatan batin dan kepedihan mereka. Lagu-lagu TUHAN, yang seharusnya dinyanyikan dalam sukacita dan kekudusan di tanah perjanjian, kini terasa mustahil dinyanyikan di negeri orang.
Pengasingan bukanlah sekadar perpindahan fisik, melainkan pemutusan hubungan dengan tanah yang telah dijanjikan Tuhan, dengan Bait Suci-Nya, dan dengan komunitas ibadah mereka. Dalam konteks ini, "tanah asing" melambangkan kondisi keterpisahan dari hadirat Tuhan yang penuh dan dari akar spiritual mereka. Di sana, di tengah kebudayaan dan tradisi yang berbeda, bahkan untuk sekadar bernyanyi tentang Tuhan pun terasa janggal dan menyakitkan.
Pertanyaan retoris ini mencerminkan ketidakmungkinan untuk mengekspresikan keilahian dan kasih karunia Tuhan dalam konteks yang tidak kudus dan jauh dari sumber inspirasi spiritual mereka. Keindahan lagu-lagu Sion hanya dapat dinikmati sepenuhnya ketika dinyanyikan dalam semangat kebebasan dan persekutuan dengan Tuhan di tanah-Nya. Di tanah asing, setiap nada yang dinyanyikan terasa hampa, seperti gema yang hilang tanpa makna.
Namun, di balik kepedihan ini, tersimpan pula sebuah harapan tersembunyi. Keinginan untuk menyanyikan lagu-lagu TUHAN, meskipun dalam keterbatasan, menunjukkan bahwa hati mereka tetap terikat pada Tuhan. Ini adalah ekspresi kerinduan yang mendalam untuk kembali ke kondisi di mana mereka dapat beribadah dengan bebas. Ayat ini mengingatkan kita bahwa iman tidak padam sepenuhnya meskipun dalam situasi yang paling sulit.
Bagi kita saat ini, ayat ini dapat menjadi refleksi tentang bagaimana kita membawa terang iman di dunia yang seringkali terasa asing. Apakah kita masih mampu menyanyikan "lagu TUHAN" dalam kehidupan sehari-hari, di tengah kesibukan, godaan, dan tekanan dunia modern? Pertanyaan ini mengundang kita untuk memeriksa kemurnian hati dan motivasi kita dalam beribadah. Mazmur 137:4 mengajarkan kita tentang pentingnya konteks dalam ibadah dan spiritualitas, serta kerinduan abadi jiwa manusia untuk kembali ke "rumah" rohani di mana hubungan dengan Tuhan dapat tumbuh subur. Ini adalah pengingat akan kesetiaan kita kepada Tuhan di manapun kita berada, dan harapan akan pemulihan serta kembalinya kita ke hadirat-Nya yang utuh.