Sebab orang-orang fasik berontak melawan Engkau, dan musuh-musuh-Mu menyebut nama-Mu dengan sembarangan.
Ayat dari Kitab Mazmur 139:20 ini memuat sebuah pernyataan yang kuat tentang hubungan antara kebenaran ilahi dan perilaku umat manusia. Pemazmur, yang sedang merenungkan kebesaran dan pengetahuan Allah yang mahatahu, tiba-tiba mengarahkan pandangannya pada ketidaktaatan dan pemberontakan yang dilakukan oleh orang-orang fasik. Pernyataan ini bukan sekadar pengamatan, melainkan seruan hati yang merasakan ketidakadilan yang terjadi di dunia, terutama ketika nama Allah disalahgunakan atau dianggap remeh.
Di tengah refleksi tentang bagaimana Allah mengetahui segala sesuatu tentang diri kita, dari duduk hingga berdiri, dari pikiran terdalam hingga perkataan yang belum terucap, pemazmur menyadari adanya kontras yang tajam. Di satu sisi, ada Allah yang sempurna dalam kekudusan dan kebenaran-Nya, mengetahui setiap detail kehidupan kita. Di sisi lain, ada manusia yang sering kali memilih jalan yang berlawanan, memberontak melawan tatanan ilahi yang telah ditetapkan oleh Sang Pencipta.
Frasa "orang-orang fasik berontak melawan Engkau" menggambarkan tindakan penolakan aktif terhadap otoritas dan kehendak Allah. Ini bukan sekadar ketidakmampuan atau kesalahan yang tidak disengaja, melainkan sebuah sikap pemberontakan yang disengaja. Mereka menentang hukum-hukum-Nya, mengabaikan peringatan-Nya, dan sering kali hidup seolah-olah Allah itu tidak ada. Kehidupan mereka dibangun di atas dasar yang rapuh, jauh dari prinsip-prinsip kebenaran dan keadilan yang menjadi landasan Kerajaan Allah.
Lebih lanjut, ayat ini menyoroti betapa seriusnya ketika "musuh-musuh-Mu menyebut nama-Mu dengan sembarangan." Menyebut nama Allah dengan sembarangan bisa berarti menghujat, menggunakan nama-Nya dalam sumpah palsu, atau mengaitkan tindakan jahat dengan nama-Nya. Ini adalah bentuk penghinaan yang mendalam terhadap kesucian dan kemuliaan Allah. Bagi pemazmur, hal ini pasti menyakitkan hati, mengingat betapa besar dan kudusnya Allah yang ia sembah.
Dalam konteks yang lebih luas, Mazmur 139 dikenal karena penggambarannya tentang kemahatahuan, kemahadirian, dan mahakuasa Allah. Pemazmur David mengakui bahwa tidak ada tempat di mana ia dapat bersembunyi dari hadirat Allah. Namun, di tengah pengakuan akan kehadiran ilahi yang menyeluruh ini, muncul kesadaran akan realitas kejahatan dan pemberontakan di dunia. Ayat 139:20 berfungsi sebagai pengingat bahwa meskipun Allah itu maha baik dan maha adil, dunia ini juga dipenuhi dengan mereka yang memilih untuk melawan-Nya.
Penting bagi kita untuk merenungkan ayat ini dalam kehidupan pribadi kita. Apakah kita termasuk orang yang berontak, meskipun secara halus, terhadap kehendak Allah? Apakah kita menjaga kesucian nama-Nya dalam perkataan dan perbuatan kita? Mazmur 139:20 mengajak kita untuk kembali kepada kebenaran ilahi, menghormati nama Allah, dan hidup sesuai dengan prinsip-prinsip-Nya, agar kita tidak menjadi bagian dari mereka yang menentang Pencipta kita.