Mazmur 140:9 adalah sebuah doa permohonan yang mendalam, terucap dari lubuk hati yang paling dalam. Daud, sang pemazmur, menghadapi ancaman dan niat jahat dari orang-orang yang berusaha menjatuhkannya. Dalam situasi genting ini, ia tidak bersandar pada kekuatannya sendiri, melainkan secara total menyerahkan diri dan nasibnya kepada perlindungan ilahi. Ayat ini bukan sekadar kata-kata, melainkan sebuah pengakuan akan keterbatasan manusia dan kebesaran kuasa Tuhan sebagai pelindung utama.
Frasa "Janganlah biarkan orang fasik mencapai keinginannya, janganlah biarkan rancangannya berhasil" mencerminkan kerinduan untuk melihat keadilan ditegakkan. Orang fasik seringkali memiliki rencana yang destruktif, dirancang untuk menyakiti, merusak, dan membawa kehancuran. Daud memohon agar rencana-rencana jahat ini digagalkan. Ini bukan tentang keinginan pribadi untuk melihat musuh menderita, melainkan tentang keinginan agar kejahatan tidak menang dan agar kebenaran serta kebaikan tetap berkuasa. Permohonan ini juga mencerminkan keyakinan bahwa Tuhan adalah hakim yang adil, yang tidak akan membiarkan kejahatan merajalela tanpa pertanggungjawaban.
Bagian terakhir dari ayat ini, "supaya mereka jangan meninggikan diri," memberikan alasan yang lebih dalam. Ketika orang fasik berhasil mencapai keinginan mereka, seringkali hal itu membuat mereka menjadi sombong dan angkuh. Kesombongan ini bisa mengarah pada penolakan terhadap Tuhan dan penindasan yang lebih besar terhadap orang lain. Oleh karena itu, menggagalkan rencana jahat mereka bukan hanya untuk melindungi diri sendiri atau orang lain dari bahaya, tetapi juga untuk mencegah tumbuhnya kesombongan yang merusak moral dan spiritual. Tuhan, dalam kedaulatan-Nya, dapat mengintervensi untuk membatasi dampak negatif dari kejahatan dan menjaga keseimbangan moral dunia.
Bagi kita yang hidup di masa kini, Mazmur 140:9 tetap relevan. Kita mungkin tidak menghadapi musuh yang sama persis seperti Daud, namun kita tetap berada dalam dunia yang penuh dengan berbagai bentuk kejahatan, godaan, dan rencana-rencana jahat yang dapat mengancam kesejahteraan kita, baik secara fisik, emosional, maupun spiritual. Ayat ini mengajarkan kita untuk selalu mencari perlindungan dari Tuhan, mengakui bahwa kita tidak berdaya tanpa Dia. Ini adalah panggilan untuk berdoa, mempercayakan segala kekhawatiran, rencana jahat orang lain, dan bahkan godaan yang datang dari dalam diri sendiri kepada Tuhan. Kita diingatkan untuk tidak membiarkan kejahatan, dalam bentuk apapun, meraih kemenangannya, dan untuk tidak pernah membiarkan kesombongan merusak hati kita. Dalam perlindungan Tuhan, kita menemukan kedamaian dan kekuatan untuk menghadapi setiap tantangan.