"Aku berseru kepada-Mu, ya TUHAN, aku berkata: Engkaulah tempat perlindunganku, bagianku di negeri orang-orang yang hidup."
Mazmur 142:5 bukan sekadar untaian kata, melainkan sebuah seruan hati yang mendalam di tengah situasi tertekan. Daud, sang pemazmur, dalam pengungsiannya, mengungkapkan sebuah kebenaran fundamental tentang hubungan manusia dengan Tuhan. Di tengah pengasingan, di negeri orang asing, di mana ia merasa tak berdaya dan terancam, ia justru menemukan sumber kekuatan dan perlindungan yang paling kokoh. Ayat ini mengingatkan kita bahwa bahkan ketika dunia di sekitar kita terasa asing dan penuh ketidakpastian, ada satu tempat yang selalu aman, yaitu dalam naungan Tuhan.
Frasa "Engkaulah tempat perlindunganku" mengindikasikan sebuah pengakuan iman yang aktif. Ini bukan sekadar menerima perlindungan, melainkan secara sadar mengakui dan berseru kepada Tuhan sebagai benteng pertahanan. Di dunia yang seringkali kita anggap sebagai "negeri orang-orang yang hidup"—sebuah metafora yang bisa berarti dunia yang keras, penuh tantangan, atau bahkan dunia yang penuh dengan orang-orang yang tidak memahami perjuangan kita—Tuhanlah yang menjadi bagian kita. Bagian kita di sini bisa diartikan sebagai warisan, sumber penghidupan, atau bahkan identitas kita yang sebenarnya. Ketika segala sesuatu di luar runtuh, keberadaan kita yang paling inti ditemukan dalam kesatuan dengan Tuhan.
Mengapa Mazmur 142:5 begitu relevan dalam kehidupan modern? Kita seringkali menghadapi tantangan yang membuat kita merasa terasing. Entah itu tekanan karier, masalah keluarga, atau gejolak sosial, situasi tersebut bisa membuat kita merasa seperti berada di "negeri orang-orang yang hidup" yang tidak bersahabat. Dalam momen-momen seperti itulah, seruan Daud menjadi relevan. Ia mengajarkan kepada kita untuk tidak hanya mengandalkan kekuatan diri sendiri, yang pada akhirnya terbatas, tetapi untuk mengarahkan pandangan dan seruan kita kepada Tuhan.
Bagian kita di negeri orang-orang yang hidup juga bisa dimaknai sebagai penerimaan dari Tuhan di tengah penolakan dunia. Ketika dunia menolak, meragukan, atau bahkan menganiaya, pengakuan bahwa Tuhan adalah bagian kita memberikan kepastian yang tak tergoyahkan. Ini adalah sumber pengharapan yang tidak bergantung pada keadaan eksternal, melainkan pada kesetiaan dan kasih Tuhan yang kekal. Mazmur ini mengundang kita untuk merenungkan kualitas perlindungan Tuhan—sebuah perlindungan yang tidak hanya fisik tetapi juga spiritual dan emosional, memberikan ketenangan di tengah badai kehidupan.
Dengan demikian, Mazmur 142:5 mengajarkan sebuah prinsip abadi: di mana pun kita berada, dan sehebat apa pun kesulitan yang kita hadapi, selalu ada sumber kekuatan, perlindungan, dan identitas yang dapat kita andalkan. Dengan berseru kepada-Nya, kita menegaskan bahwa Tuhan adalah bagian kita yang paling berharga di tengah kerasnya dunia.