Mengapa Engkau bersembunyi muka-Mu, mengapa?
Mengapa Engkau melupakan kesengsaraan kami dan penindasan kami?
Pertanyaan-pertanyaan dalam Mazmur 44:24 mencerminkan kedalaman iman yang sedang diuji. Ayat ini bukan sekadar renungan, melainkan sebuah seruan hati yang penuh dengan kepedihan, kebingungan, dan kerinduan akan kehadiran Tuhan. Dalam situasi kesesakan, penindasan, dan penderitaan yang berat, umat Israel pada masa itu merasa ditinggalkan oleh Sang Ilahi. Mereka bertanya-tanya, "Mengapa Engkau bersembunyi muka-Mu?" Sebuah metafora yang kuat untuk menggambarkan hilangnya rasa kehadiran, bimbingan, dan perlindungan dari Allah.
Ketika Tuhan seolah "menarik diri", umat-Nya merasa sendirian menghadapi badai kehidupan. Penindasan dari musuh, kesulitan yang tak kunjung usai, dan kesengsaraan yang mendalam membuat mereka merasa dilupakan. Pertanyaan "Mengapa Engkau melupakan kesengsaraan kami dan penindasan kami?" menyuarakan rasa frustrasi dan keputusasaan yang mendalam. Ini adalah momen ketika iman dihadapkan pada realitas penderitaan yang keras. Namun, justru di dalam keterpurukan inilah, ayat ini mengajarkan sesuatu yang penting.
Seruan ini menunjukkan bahwa bahkan dalam kegelapan tergelap sekalipun, umat percaya masih memiliki keberanian untuk berseru kepada Tuhan. Mereka tidak menyerah pada kesunyian, melainkan menantang Tuhan dengan pertanyaan yang tulus, sebuah bentuk komunikasi yang menunjukkan bahwa mereka masih percaya pada keadilan dan kasih-Nya. Ini adalah iman yang gigih, iman yang tidak mudah goyah oleh keadaan, melainkan terus mencari jawaban dan kehadiran-Nya.
Merasakan Tuhan "bersembunyi" adalah pengalaman yang universal dalam perjalanan spiritual. Banyak orang percaya pernah mengalami saat-saat ketika doa terasa tidak terjawab, ketika keheningan Tuhan terasa memekakkan telinga, dan ketika masalah tampak lebih besar dari iman yang dimiliki. Namun, firman Tuhan dalam Mazmur 44:24 memberikan pengingat bahwa Tuhan tidak pernah benar-benar meninggalkan umat-Nya, meskipun terkadang rasanya demikian.
Ayat ini mengajak kita untuk melihat bahwa kesengsaraan dan penindasan bisa menjadi ujian bagi iman kita. Ini adalah kesempatan untuk belajar bergantung sepenuhnya pada Tuhan, bukan pada kekuatan atau pemahaman kita sendiri. Pertanyaan-pertanyaan ini bisa menjadi titik awal untuk introspeksi diri, mencari tahu apakah ada penghalang dalam hubungan kita dengan Tuhan, atau sekadar menguatkan keyakinan bahwa Tuhan memiliki rencana yang lebih besar, bahkan di tengah penderitaan.
Pada akhirnya, kesadaran akan Tuhan yang seolah bersembunyi justru mendorong orang percaya untuk semakin mencari-Nya, untuk merindukan kehadiran-Nya dengan lebih dalam. Mazmur 44:24 mengajarkan bahwa kesabaran dalam penantian, ketekunan dalam doa, dan keyakinan pada janji Tuhan adalah bagian integral dari perjalanan iman. Tuhan mungkin tidak selalu memberikan jawaban instan, tetapi Dia selalu hadir, bekerja dalam misteri rencana-Nya, menunggu saat yang tepat untuk kembali menyingkapkan wajah-Nya.