"Sungguhkah benar kamu mengajarkan keadilan, hai pemimpin-pemimpin? Sungguhkah kamu menghakimi dengan lurus, hai anak-anak manusia?"
Simbol keadilan dan keseimbangan
Mazmur 58:1 adalah sebuah permulaan yang provokatif dari sebuah mazmur yang mengecam ketidakadilan dan kebejatan para pemimpin. Ayat ini langsung mengarah pada inti permasalahan, yaitu keraguan terhadap integritas mereka yang seharusnya memegang teguh kebenaran dan keadilan. Pertanyaan retoris yang diajukan oleh pemazmur bukan sekadar pertanyaan biasa, melainkan seruan yang penuh keprihatinan dan bahkan kekecewaan mendalam terhadap situasi yang terjadi. Ia mempertanyakan apakah para pemimpin, yang sering kali dianggap sebagai penjaga moral dan tatanan masyarakat, benar-benar menjalankan tugas mereka sesuai dengan prinsip-prinsip luhur.
Frasa "Sungguhkah benar kamu mengajarkan keadilan" menunjukkan bahwa keadilan seharusnya menjadi sebuah ajaran fundamental yang diajarkan dan dicontohkan oleh para pemimpin. Keadilan di sini bukan hanya tentang hukum formal, tetapi juga tentang sikap yang adil, tidak memihak, dan berdasarkan kebenaran moral. Para pemimpin memiliki tanggung jawab besar untuk menanamkan nilai-nilai keadilan dalam masyarakat, memastikan bahwa setiap individu diperlakukan secara setara di hadapan hukum dan dalam kehidupan sehari-hari. Namun, pemazmur seolah melihat adanya jurang pemisah antara idealitas dan realitas.
Selanjutnya, pertanyaan "Sungguhkah kamu menghakimi dengan lurus, hai anak-anak manusia?" semakin memperdalam kritik. Kata "lurus" menyiratkan kejujuran, ketulusan, dan bebas dari penyimpangan. Menghakimi dengan lurus berarti membuat keputusan yang adil, tidak berdasarkan keserakahan, prasangka, atau tekanan dari pihak manapun. Pemazmur menggunakan istilah "anak-anak manusia" untuk mengingatkan bahwa para pemimpin, meskipun memegang kekuasaan, tetaplah manusia yang tunduk pada Tuhan dan harus bertanggung jawab atas tindakan mereka. Ini adalah pengingat akan sifat fana dan kewajiban moral yang melekat pada setiap posisi otoritas.
Mazmur ini mencerminkan kegelisahan yang universal terhadap penyalahgunaan kekuasaan dan kegagalan para pemegang otoritas dalam menegakkan keadilan. Ketika keadilan tidak diajarkan dan penghakiman tidak dilakukan dengan lurus, masyarakat akan terjerumus dalam kekacauan dan ketidakadilan. Dampaknya akan sangat merusak, menciptakan ketidakpercayaan, ketakutan, dan penderitaan bagi banyak orang. Ayat pembuka ini menjadi fondasi bagi seluruh mazmur, di mana pemazmur kemudian akan merinci kebejatan para pemimpin dan memohon intervensi ilahi untuk memulihkan keadilan.
Sebagai pembaca, kita diingatkan untuk senantiasa menguji integritas para pemimpin kita, baik dalam lingkup pemerintahan, agama, maupun dalam kehidupan sehari-hari. Kita juga dipanggil untuk mewujudkan keadilan dalam tindakan kita sendiri, menjadi agen perubahan yang positif. Mazmur 58:1 mengajarkan bahwa keadilan bukanlah pilihan, melainkan sebuah keharusan yang fundamental bagi peradaban yang sehat dan beradab. Keadilan ilahi adalah harapan terakhir ketika keadilan manusia gagal.