Mazmur 58:10 adalah sebuah ayat yang sarat makna dan seringkali menimbulkan perenungan mendalam. Ayat ini berbunyi, "Orang benar akan bersukacita, melihat pembalasan, akan membasuh kakinya dalam darah orang fasik." Di permukaan, ayat ini mungkin terdengar keras, bahkan brutal. Namun, untuk memahaminya dengan benar, kita perlu menyelaminya lebih dalam, menempatkannya dalam konteks spiritual dan teologisnya.
Ayat ini bukan sekadar ungkapan kekerasan atau kebencian dari orang benar terhadap orang fasik. Sebaliknya, ini adalah pernyataan tentang keadilan ilahi yang pada akhirnya akan ditegakkan. Dalam tradisi Perjanjian Lama, pembalasan (atau tsedekah dalam bahasa Ibrani, yang juga berarti kebenaran dan keadilan) adalah tindakan Tuhan untuk mengembalikan ketertiban dan keadilan di dunia yang telah dirusak oleh kejahatan.
Orang benar yang digambarkan dalam ayat ini bukanlah manusia yang sempurna tanpa cacat. Mereka adalah orang-orang yang hidup sesuai dengan kehendak Tuhan, yang berpegang teguh pada kebenaran dan keadilan dalam segala aspek kehidupan mereka. Mereka telah mengalami penderitaan dan ketidakadilan yang disebabkan oleh tindakan orang fasik, dan mereka merindukan saat di mana kejahatan akan dihakimi dan kebenaran akan menang.
Ungkapan "melihat pembalasan" dan "membasuh kakinya dalam darah orang fasik" adalah bahasa kiasan yang menggambarkan kepuasan spiritual dan kemenangan total atas kejahatan. Ini adalah momen ketika keadilan Tuhan terwujud secara nyata, dan ketidakadilan yang telah lama terjadi akhirnya dihapuskan. "Membasuh kaki" seringkali melambangkan pembersihan atau pengudusan. Dalam konteks ini, tindakan membasuh kaki dalam darah orang fasik dapat diartikan sebagai pembersihan diri dari segala jejak kejahatan dan penegasan kembali kedaulatan kebenaran.
Penting untuk diingat bahwa ayat ini bukanlah seruan untuk manusia melakukan balas dendam. Konsep pembalasan dalam Kitab Suci selalu menjadi hak prerogatif Tuhan. Manusia dipanggil untuk mengampuni, mengasihi musuh, dan mempercayakan segala perkara kepada Tuhan. Sukacita orang benar bukanlah sukacita atas penderitaan orang lain, melainkan sukacita atas keadilan ilahi yang ditegakkan, yang membawa kedamaian dan pemulihan.
Dalam terang Perjanjian Baru, pemahaman ini semakin diperkaya. Yesus Kristus, Sang Orang Benar yang sempurna, telah mengalahkan kuasa dosa dan maut melalui kematian dan kebangkitan-Nya. Kemenangan ini adalah pembalasan tertinggi atas kejahatan, dan melalui iman kepada-Nya, setiap orang dapat mengalami pembersihan dan pemulihan dari kuasa dosa. Kisah penebusan ini memberikan perspektif yang lebih luas tentang bagaimana keadilan dan pembalasan ilahi bekerja, bukan sebagai penghancuran semata, melainkan sebagai keselamatan bagi mereka yang percaya.
Oleh karena itu, Mazmur 58:10 mengajarkan kita untuk menaruh harapan pada keadilan Tuhan. Ini mengingatkan kita bahwa meskipun kejahatan mungkin tampak berkuasa untuk sementara waktu, pada akhirnya kebenaran dan keadilan Tuhan akan menang. Sukacita orang benar adalah antisipasi dan perayaan atas kemenangan ilahi ini, sebuah kepastian bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan umat-Nya yang mencari kebenaran dan keadilan.