"Janganlah percaya kepada pemerasan, janganlah menjadi sia-sia karena rampasan; apabila harta benda bertambah, janganlah melekatkan hati padanya."
Ayat Mazmur 62:10 mengingatkan kita akan sebuah kebenaran fundamental yang seringkali terlupakan di tengah hiruk pikuk dunia modern. Dalam kehidupan sehari-hari, kita kerap dihadapkan pada berbagai godaan dan tekanan untuk mengumpulkan kekayaan, mengejar kesuksesan materi, dan menumpuk harta benda. Ajaran dari pemazmur ini mengajarkan bahwa kepercayaan dan kebahagiaan sejati tidak dapat ditemukan dalam pencapaian duniawi semata.
Perintah untuk "janganlah percaya kepada pemerasan" menyiratkan sebuah peringatan keras terhadap segala bentuk ketidakadilan dan cara-cara yang tidak benar untuk memperoleh kekayaan. Pemerasan, penipuan, dan manipulasi adalah jalan pintas yang menyesatkan yang pada akhirnya hanya akan membawa kehancuran. Demikian pula, kata "janganlah menjadi sia-sia karena rampasan" menegaskan bahwa hasil dari usaha yang tidak jujur, sekecil apapun, tidak akan pernah memberikan kepuasan abadi. Sebaliknya, ia hanya akan menciptakan kekosongan dan kegelisahan.
Bagian terpenting dari ayat ini terletak pada nasihat: "apabila harta benda bertambah, janganlah melekatkan hati padanya." Ini bukan berarti bahwa kekayaan itu sendiri adalah dosa, atau bahwa tidak boleh memiliki harta benda. Alkitab tidak melarang kemakmuran, tetapi melarang keterikatan yang berlebihan pada kekayaan. Kapanpun harta benda mulai mendominasi pikiran, keinginan, dan prioritas kita, disitulah letak bahayanya. Hati yang terpaut pada harta dapat membuat kita tuli terhadap panggilan ilahi, melupakan sesama, dan kehilangan pandangan terhadap tujuan hidup yang lebih mulia.
Dalam konteks Mazmur 62:10, kita diajak untuk merefleksikan sumber kekuatan dan keamanan kita yang sebenarnya. Apakah kita bergantung pada rekening bank yang gemuk, jabatan yang tinggi, atau pengaruh yang besar? Atau adakah sumber yang lebih kokoh dan abadi yang menjadi jangkar iman kita? Pemazmur dalam Mazmur 62 secara keseluruhan menekankan bahwa Tuhan adalah kubu pertahanan dan keselamatan kita. Di dalam Dialah kita menemukan kedamaian sejati, perlindungan yang tak tergoyahkan, dan kekuatan yang melampaui segala pencapaian duniawi.
Membangun kehidupan di atas fondasi kepercayaan kepada Tuhan, bukan pada tumpukan harta, adalah kunci untuk kebahagiaan yang langgeng. Harta benda dapat hilang, kekayaan dapat menguap, tetapi kesetiaan Tuhan adalah kekal. Ketika hati kita tidak terpaku pada materi, kita menjadi lebih bebas untuk mengasihi, melayani, dan mengalami sukacita yang sesungguhnya dalam hubungan kita dengan Tuhan dan sesama. Oleh karena itu, mari kita renungkan Mazmur 62:10 sebagai pengingat berharga untuk senantiasa menempatkan iman dan hati kita pada sumber kehidupan yang tak pernah habis.