"Raja-raja balatentara melarikan diri, melarikan diri, dan perempuan yang tinggal di rumah membagi-bagi jarahan."
Ayat Mazmur 68:13 melukiskan sebuah gambaran kemenangan yang luar biasa, di mana musuh-musuh yang tadinya gagah berani justru berhamburan melarikan diri. Frasa "Raja-raja balatentara melarikan diri, melarikan diri" secara kuat menggambarkan kekalahan total dan kepanikan yang melanda pasukan musuh. Ini bukan sekadar mundur, melainkan pelarian yang memalukan, menyiratkan bahwa kekalahan mereka begitu telak hingga akal sehat pun sirna. Di tengah kekacauan musuh, muncul gambaran yang kontras dan mencolok: "dan perempuan yang tinggal di rumah membagi-bagi jarahan."
Gambaran ini sangat kaya makna. Secara historis, di masa peperangan, kaum perempuan seringkali tertinggal di rumah, mengurus keluarga dan harta benda. Jarahan perang biasanya menjadi hak para prajurit yang memenangkan pertempuran. Namun, dalam konteks ayat ini, perempuan yang tadinya berada di tempat aman, kini terlibat dalam pembagian hasil kemenangan. Hal ini bisa diinterpretasikan dalam beberapa cara. Pertama, ini menunjukkan kedalaman dan kelimpahan kemenangan yang diraih. Jarahannya begitu banyak sehingga bahkan mereka yang tidak ikut berperang pun kebagian. Ini menandakan kemenangan yang tidak hanya menggagalkan musuh, tetapi juga memberikan berkat yang melimpah bagi umat yang menang.
Kedua, ayat ini bisa menandakan perubahan peran atau pengakuan yang lebih besar bagi kaum perempuan dalam narasi kemenangan. Di tengah kekacauan perang, justru merekalah yang berada di rumah yang kini menikmati hasil dari perjuangan tersebut. Ini bisa menjadi simbol bahwa keadilan dan berkat Allah menjangkau semua lapisan masyarakat, tidak terkecuali mereka yang dianggap lemah atau kurang terlibat langsung dalam pertempuran fisik. Kemenangan tersebut begitu besar dampaknya hingga mengalir ke semua aspek kehidupan, termasuk rumah tangga.
Lebih jauh lagi, konteks Mazmur 68 seringkali merujuk pada kemenangan Allah atas musuh-musuh-Nya dan pengangkatan Sion sebagai tempat kediaman-Nya. Dalam perspektif teologis, gambaran ini menyoroti kedaulatan dan kuasa Allah yang tak tertandingi. Dia adalah penyebab utama kemenangan ini. Pelarian raja-raja balatentara adalah manifestasi dari kuasa ilahi yang membuat musuh-musuh-Nya tercerai-berai. Pembagian jarahan oleh perempuan di rumah dapat melambangkan berkat dan sukacita yang dilimpahkan oleh Allah kepada umat-Nya sebagai hasil dari penyelamatan-Nya.
Dengan demikian, Mazmur 68:13 bukan hanya sekadar catatan sejarah kemenangan militer, tetapi sebuah pengingat akan kekuatan Allah, kelimpahan berkat-Nya, dan bagaimana kemenangan-Nya membawa kebaikan yang meluas ke seluruh aspek kehidupan. Ini adalah gambaran harapan dan kepastian bahwa dalam kuasa Tuhan, kemenangan sejati selalu mungkin diraih, dan dampaknya adalah kebaikan yang melimpah bagi mereka yang mengasihi-Nya. Kemenangan gemilang ini adalah buah dari intervensi ilahi yang mengubah segalanya.