Ayat Mazmur 68:32 membuka pandangan kita kepada cakrawala yang luas, melampaui batas-batas geografis dan budaya. Ayat ini menggambarkan sebuah visi kenabian yang kuat tentang universalitas Kerajaan Allah. Dalam sebuah dunia yang seringkali terpecah belah oleh perbedaan, ayat ini menawarkan harapan akan persatuan di bawah kekuasaan ilahi yang kudus.
Ketika kita merenungkan frasa "Bangsa-bangsa dari Mesir akan datang," kita dihadapkan pada gambaran salah satu peradaban tertua dan paling berpengaruh di dunia kuno. Mesir, dengan sejarahnya yang kaya dan pengaruh budayanya yang luas, di sini diposisikan sebagai salah satu entitas yang akan mengakui dan tunduk kepada Allah. Ini bukanlah penaklukan militer, melainkan penyerahan diri secara sukarela, pengakuan atas kedaulatan yang lebih tinggi.
Selanjutnya, penyebutan "Etiopia" (seringkali diartikan sebagai Kush, wilayah di utara Sudan dan selatan Mesir) yang akan "mengulurkan tangan kepada Allah" semakin memperkuat tema universalitas ini. Etiopia, sebuah bangsa yang terpisah secara geografis dan seringkali memiliki budaya yang berbeda, juga akan menjadi bagian dari kerajaan Allah. Tindakan "mengulurkan tangan" adalah simbol penyerahan diri, permintaan pertolongan, dan penerimaan. Ini menandakan sebuah hubungan yang aktif dan personal dengan Sang Pencipta.
Representasi visual keragaman bangsa yang bersatu di bawah naungan ilahi.
Makna dari Mazmur 68:32 ini sangat relevan bagi kita. Ia mengajarkan bahwa Injil Kristus bukan hanya untuk satu kelompok etnis atau bangsa tertentu, tetapi untuk seluruh dunia. Allah menghendaki agar setiap lidah mengaku dan setiap lutut bertelut di hadapan-Nya. Keindahan dari pesan ini terletak pada inklusivitasnya. Tidak ada yang dikecualikan dari kasih dan undangan keselamatan yang ditawarkan oleh Tuhan.
Pengumuman dari Mesir dan Etiopia menunjukkan bahwa bahkan bangsa-bangsa yang mungkin dianggap jauh atau asing oleh orang lain, akan menemukan jalan menuju kebenaran. Ini bisa diartikan sebagai perluasan pengaruh Kerajaan Allah dari pusat-pusat kekuasaan dan budaya, hingga ke pelosok-pelosok terjauh. Adalah sebuah pengingat bahwa pekerjaan misi dan penyebaran Injil harus terus berlanjut, menjangkau setiap hati dan setiap komunitas.
Dalam konteks modern, ayat ini dapat menginspirasi kita untuk melihat melampaui prasangka dan perbedaan. Ia mendorong kita untuk merangkul keragaman dan bekerja menuju persatuan yang sejati dalam Kristus. Kerajaan Allah yang digambarkan dalam Mazmur 68:32 adalah kerajaan damai, keadilan, dan kasih yang universal. Sebuah kerajaan di mana semua bangsa bersukacita dalam terang Tuhan, menjadikan seluruh bumi sebagai tempat penyembahan.
Untuk itu, marilah kita menghayati semangat Mazmur 68:32 ini dalam kehidupan kita sehari-hari. Mari kita menjadi pembawa pesan persatuan dan kasih Allah bagi semua orang, tanpa memandang latar belakang mereka. Karena memang, seperti yang dinubuatkan, Kerajaan Allah itu luas dan mencakup seluruh umat manusia yang mau mengulurkan tangan kepada-Nya.