Memahami Konteks Mazmur 69:12
Ayat Mazmur 69:12 ini merupakan bagian dari ratapan yang mendalam dari pemazmur, seringkali diidentifikasi sebagai Daud, yang sedang mengalami penderitaan dan penganiayaan yang luar biasa. Dalam ayat ini, ia menggambarkan posisinya sebagai subjek ejekan dan bahan pembicaraan negatif dari orang-orang di sekitarnya. Frasa "buah kecaman" dan "bahan cercaan" menunjukkan bahwa ia dijadikan objek kesalahan, hinaan, dan gosip oleh orang banyak. Situasi ini tentu saja sangat menyakitkan dan menguras emosi.
Seringkali, ketika kita berada dalam kesulitan, ada kecenderungan bagi orang lain untuk menghakimi, menyalahkan, atau sekadar mengamati dari jauh tanpa memahami beban yang kita pikul. Mazmur ini dengan jujur mengungkapkan perasaan kesepian dan keterasingan yang mungkin timbul ketika seseorang merasa dikucilkan dan dihakimi oleh komunitasnya, bahkan mungkin oleh orang-orang yang seharusnya mendukungnya.
Pengharapan di Tengah Tekanan
Meskipun Mazmur 69 penuh dengan kesedihan dan pengakuan akan penderitaan, penting untuk melihat keseluruhan kitab Mazmur. Kitab ini bukan hanya tentang ratapan, tetapi juga tentang iman, kepercayaan, dan akhirnya, pengharapan. Pemazmur, meskipun merasakan sakitnya menjadi "buah kecaman," seringkali terus berbicara kepada Tuhan, mencari pertolongan, dan menegaskan kembali keyakinannya pada keadilan dan kasih-Nya.
Ayat ini mengajarkan kita bahwa menghadapi cibiran dan penilaian dari orang lain adalah bagian dari pengalaman hidup yang tidak jarang dialami oleh orang-orang yang berkomitmen pada kebenaran atau menjalani jalan yang berbeda. Namun, Alkitab juga mengajarkan bahwa pandangan manusia tidaklah final. Ada pandangan yang lebih tinggi, yaitu pandangan Tuhan yang melihat hati dan motivasi yang sebenarnya.
Dalam menghadapi situasi seperti yang digambarkan dalam Mazmur 69:12, kita dipanggil untuk tidak membiarkan perkataan orang lain mendefinisikan diri kita. Sebaliknya, kita dapat menarik kekuatan dari iman kita, mengingat bahwa Tuhan melihat, mendengar, dan mengerti. Fokus pada kebenaran ilahi dan menjaga integritas diri menjadi lebih penting daripada sekadar memuaskan keinginan atau mengurangi rasa sakit dari opini publik.
Pengalaman pemazmur juga bisa menjadi pengingat bagi kita untuk bersikap lebih empati dan tidak mudah menghakimi orang lain yang sedang bergumul. Alih-alih menjadi sumber tambahan penderitaan, kita dapat menjadi sumber dukungan dan pengertian. Pengharapan sejati, seperti yang diajarkan oleh Mazmur, seringkali ditemukan bukan dalam ketiadaan kesulitan, tetapi dalam kemampuan untuk tetap teguh dalam iman dan percaya pada campur tangan serta keadilan Tuhan, bahkan ketika dunia tampak menentang kita. Mazmur 69:12 adalah pengakuan penderitaan, tetapi juga fondasi untuk sebuah pengharapan yang tidak tergoyahkan.