"Biarlah mereka mendapat malu dan merah muka, yang mencari celakaku. Biarlah mereka mundur dan mendapat malu, yang menghendaki kebinasaanku!"
Ayat ini, yang diambil dari Kitab Mazmur pasal 70 ayat 2, merupakan seruan doa yang kuat. Daud, pemazmur, dengan penuh kerendahan hati dan kepercayaan memohon kepada Tuhan agar campur tangan dalam situasi sulit yang dihadapinya. Frasa "Biarlah mereka mendapat malu dan merah muka" bukan sekadar ungkapan kekecewaan, melainkan sebuah permohonan agar keadilan ilahi ditegakkan atas mereka yang berniat jahat. Ada kerinduan yang mendalam agar perbuatan buruk dan niat jahat mereka tidak hanya gagal, tetapi juga diungkapkan dengan jelas di hadapan umum, sehingga mereka menyadari kesalahan mereka.
Dalam konteks ini, "celakaku" dan "kebinasaanku" merujuk pada upaya-upaya untuk menjatuhkan, mencelakai, atau menghancurkan hidup Daud. Ini bisa berupa fitnah, pengkhianatan, serangan fisik, atau segala bentuk permusuhan yang diarahkan kepadanya. Daud tidak meminta balas dendam pribadi, melainkan penegakan kebenaran oleh Tuhan. Ia percaya bahwa Tuhan adalah hakim yang adil dan pelindung bagi umat-Nya. Permohonan agar musuh-musuh tersebut "mundur" juga menunjukkan keinginan agar mereka tidak lagi memiliki kekuatan atau kesempatan untuk terus berbuat jahat.
Ayat ini mengajarkan pentingnya berserah sepenuhnya kepada Tuhan ketika menghadapi tekanan atau permusuhan. Alih-alih membalas dendam sendiri, yang seringkali hanya akan memperkeruh keadaan, Daud memilih untuk menyerahkan perkaranya kepada Tuhan. Ini adalah contoh iman yang kuat, keyakinan bahwa kekuatan tertinggi ada pada Sang Pencipta. Ketika kita merasa terancam atau dirugikan, kita dipanggil untuk tidak larut dalam keputusasaan atau keinginan untuk membalas, tetapi untuk naikkan doa seperti Daud, memohon campur tangan Tuhan yang akan membawa keadilan dan pemulihan.
Lebih dari sekadar permohonan, Mazmur 70:2 juga menyoroti sifat Tuhan yang adil. Ia tidak akan membiarkan kejahatan merajalela tanpa pertanggungjawaban. Kehendak-Nya adalah agar kebaikan menang dan kejahatan dikalahkan. Bagi orang percaya, ayat ini memberikan penghiburan dan kekuatan. Ia mengingatkan bahwa di tengah badai kehidupan, ada Penolong yang setia yang selalu siap mendengarkan dan bertindak. Dengan memohon kepada Tuhan, kita menyerahkan kendali atas situasi kepada Dia yang memiliki hikmat dan kuasa tak terbatas untuk membawa keadilan dan kedamaian. Ini adalah inti dari pengharapan dan kepercayaan yang terungkap dalam doa-doa di dalam Mazmur.