Mazmur 73 merupakan sebuah perenungan mendalam tentang keadilan ilahi dan pertumbuhan rohani. Penulis mazmur ini, Asaf, memulai dengan menggambarkan kebingungan dan kecemburuan yang ia rasakan saat melihat orang-orang fasik hidup makmur dan tampaknya bebas dari penderitaan. Mereka meninggikan diri, berbicara dengan angkuh, dan menindas sesama. Keadaan ini sempat menggoyahkan imannya, membuatnya bertanya-tanya apakah hidup benar-benar memiliki keuntungan.
Namun, titik balik terjadi ketika Asaf memasuki "tempat kudus Allah." Di sanalah ia mulai memahami rencana dan akhir dari orang-orang fasik tersebut. Ayat ke-10 yang berbunyi, "Karena itu, bangsanya kembali ke sini, dan air melimpah diminum oleh kaumnya," mungkin terdengar samar pada pandangan pertama. Namun, dalam konteks ayat-ayat sebelumnya dan sesudahnya, ayat ini sering ditafsirkan sebagai gambaran mengenai konsekuensi dari jalan yang mereka pilih.
Penafsiran yang umum adalah bahwa frasa "bangsanya kembali ke sini" merujuk pada kembalinya orang-orang fasik ke dalam kehancuran atau kebinasaan yang memang telah ditentukan bagi mereka. Mereka kembali ke tempat asalnya, ke dalam kegelapan yang mereka ciptakan sendiri. Sementara itu, "air melimpah diminum oleh kaumnya" dapat diartikan sebagai gambaran tentang keberlimpahan yang bersifat sementara dan tidak memuaskan, atau bahkan sebagai gambaran tentang kepenuhan penderitaan yang akan mereka tuai.
Di sisi lain, penafsiran yang lebih positif dan sering dikaitkan dengan konteks spiritual yang lebih luas adalah bahwa ayat ini juga dapat dilihat sebagai kontras terhadap nasib orang-orang benar. Ketika orang-orang fasik "kembali" ke dalam kesesatan mereka, umat Allah justru akan "kembali" kepada Tuhan. "Air melimpah" kemudian menjadi metafora untuk berkat rohani yang berlimpah, pemeliharaan ilahi, dan kepuasan jiwa yang hanya bisa ditemukan dalam hadirat Tuhan. Seperti tanah yang tandus haus akan air, demikian jiwa yang merindukan Tuhan akan dipuaskan oleh aliran berkat-Nya.
Mazmur 73:10 mengajarkan kita untuk tidak terburu-buru menghakimi keberhasilan duniawi orang lain. Seringkali, apa yang terlihat sebagai kemakmuran di permukaan bisa jadi hanyalah kekosongan yang tersembunyi. Kesetiaan kepada Tuhan mungkin tidak selalu datang dengan kemudahan duniawi yang instan, tetapi pada akhirnya, kepuasan dan kebenaran yang sejati hanya dapat ditemukan dalam hubungan yang mendalam dengan Sang Pencipta. Ayat ini mengingatkan kita bahwa ada perspektif yang lebih tinggi, tempat di mana keadilan ilahi akan terungkap sepenuhnya, dan mereka yang mencari Tuhan akan menemukan air kehidupan yang tak pernah habis.
Ketika kita menghadapi situasi yang membingungkan, di mana tampaknya kejahatan berkuasa dan kebaikan seolah dihukum, penting untuk mengingat peringatan dan janji dalam Mazmur 73. Kembalilah kepada Tuhan, renungkan firman-Nya, dan carilah hikmat-Nya di dalam "tempat kudus"-Nya, yaitu dalam doa dan persekutuan dengan-Nya. Di sanalah kita akan menemukan kekuatan, pemahaman, dan kepastian bahwa di akhir jalan, kebenaran akan menang, dan umat Tuhan akan menikmati berkat ilahi yang melimpah.