"Sebab itu keangkuhan berkalung pada lehernya, kekerasan menyelubunginya seperti pakaian."
Ayat Mazmur 73:6 ini memberikan gambaran yang kuat tentang sifat buruk dari keangkuhan dan kesombongan. Daud, sang pemazmur, dalam kesaksiannya di Mazmur 73, menggambarkan sebuah pergulatan batin yang mendalam. Awalnya, ia merasa cemburu dan iri melihat orang-orang fasik makmur dan hidup dalam kemewahan. Ia melihat mereka yang berbuat jahat seolah-olah luput dari hukuman, bahkan mereka menikmati keberuntungan yang berlimpah. Pemazmur menggambarkan bagaimana ia hampir tergelincir imannya karena pengamatan ini.
Namun, melalui perenungan yang lebih dalam, pemazmur menyadari bahwa kemakmuran orang fasik itu hanyalah sementara. Keangkuhan dan kesombongan, seperti yang diungkapkan dalam Mazmur 73:6, adalah ciri khas mereka. "Keangkuhan berkalung pada lehernya," ini berarti keangkuhan melekat erat pada diri mereka, menjadi bagian dari identitas mereka yang tak terpisahkan. Hal ini seperti perhiasan yang dikenakan di leher, selalu terlihat dan menjadi pusat perhatian. Mereka merasa diri lebih unggul dari orang lain, meremehkan siapa pun yang tidak sejalan dengan pandangan dunia mereka.
Lebih lanjut, ayat ini menambahkan, "kekerasan menyelubunginya seperti pakaian." Ini menunjukkan bahwa kekerasan, baik dalam perkataan maupun perbuatan, menjadi penutup mereka. Mereka tidak segan-segan menggunakan kekuatan atau intimidasi untuk mencapai tujuan mereka, atau untuk mempertahankan posisi superior mereka. Pakaian adalah sesuatu yang dikenakan sehari-hari, yang memengaruhi cara mereka berinteraksi dengan dunia. Demikian pula, kekerasan dan kesewenang-wenangan menjadi cara hidup mereka, membentuk pandangan dan tindakan mereka. Mereka mungkin berpikir bahwa kekerasan adalah tanda kekuatan sejati, padahal itu hanyalah penyamaran kelemahan yang mendasar.
Perilaku seperti ini sering kali datang dari rasa tidak aman yang tersembunyi, atau dari rasa ingin menguasai dan mengendalikan lingkungan sekitar. Orang yang sombong cenderung menutup diri terhadap nasihat, kritik, atau pandangan yang berbeda. Mereka merasa bahwa mereka sudah tahu segalanya dan tidak perlu belajar dari orang lain. Keangkuhan membutakan mereka dari kebenaran dan dari keindahan kerendahan hati. Kesombongan juga dapat merusak hubungan personal, karena orang yang sombong sulit untuk diajak bekerja sama atau menunjukkan kasih sayang yang tulus.
Daud akhirnya menemukan penghiburan dan pemahaman di hadapan Tuhan. Ia menyadari bahwa kesudahan orang fasik akan berbeda dengan apa yang terlihat di permukaan. Tuhan memiliki keadilan-Nya sendiri, dan pada akhirnya, orang yang sombong dan kejam akan menghadapi konsekuensi dari perbuatan mereka. Berbeda dengan orang fasik, orang yang mengandalkan Tuhan justru menemukan kekuatan sejati dalam kerendahan hati, kesabaran, dan kepercayaan. Mazmur 73:6 menjadi pengingat penting bagi kita untuk waspada terhadap jebakan keangkuhan dan kekerasan, dan sebaliknya, untuk merangkul sifat-sifat yang berkenan di hadapan Tuhan.