"Berapa lama lagi, ya Allah, akan berlangsung penghinaan musuh? Akankah musuh menghujat nama-Mu selama-lamanya?"
Mazmur 74:10 merupakan ungkapan hati yang mendalam, sebuah seruan penuh kerinduan dan juga keputusasaan di tengah penderitaan dan penghinaan. Penulis mazmur, dalam situasi yang mungkin sangat menekan, mempertanyakan ketahanan dan kesabaran Allah di hadapan ejekan dan serangan dari musuh. Pertanyaan "Berapa lama lagi?" bukan hanya sekadar pertanyaan waktu, melainkan refleksi dari kedalaman rasa sakit dan harapan yang mulai menipis. Ini adalah pengakuan bahwa situasi yang dihadapi terasa begitu berat, seolah-olah penderitaan itu tidak akan pernah berakhir.
Penghinaan dari musuh yang dimaksud dalam ayat ini bisa merujuk pada berbagai bentuk penindasan, perampasan, atau bahkan pelecehan terhadap identitas rohani dan kebangsaan. Ketika umat Allah direndahkan dan nama-Nya dicemarkan, rasanya seperti kehormatan tertinggi mereka diciderai. Perasaan inilah yang mendorong penulis untuk berseru, "Akankah musuh menghujat nama-Mu selama-lamanya?" Ini adalah sebuah kontemplasi tentang keabadian dari kesombongan musuh dan potensi kelemahan yang dirasakan dalam menanggapi serangan tersebut.
Meskipun terdengar seperti ungkapan keraguan, di balik kata-kata ini tersembunyi iman yang teguh. Penulis mazmur tidak bertanya kepada siapa pun selain Allah. Ini menunjukkan bahwa sumber terakhir dari pengharapan dan kekuatan masih berada pada Sang Pencipta. Ia yakin bahwa Allah memiliki kuasa untuk campur tangan, untuk membela umat-Nya, dan untuk menghentikan penghinaan yang terus menerus terjadi. Pertanyaan ini menjadi sebuah pengingat bagi Allah, sebuah dorongan agar Ia tidak melupakan perjanjian-Nya dan campur tangan sesuai dengan kehendak-Nya.
Dalam konteks kehidupan modern, Mazmur 74:10 masih relevan. Kita seringkali dihadapkan pada situasi di mana keadilan terasa jauh, dan kejahatan seolah merajalela. Penghinaan terhadap nilai-nilai luhur, perundungan, diskriminasi, atau ketidakadilan sosial bisa terasa seperti serangan terhadap apa yang kita yakini. Dalam momen-momen seperti ini, teriakan dari Mazmur 74:10 dapat menjadi suara hati kita. Ia mengajak kita untuk tidak berhenti berdoa dan berharap, untuk terus berseru kepada Allah, dan untuk percaya bahwa Ia mendengarkan.
Inti dari ayat ini adalah sebuah pengakuan bahwa meskipun situasi tampak suram dan penghinaan terus berlanjut, kekuasaan dan kesetiaan Allah tidak pernah berakhir. Kepercayaan bahwa Allah pada akhirnya akan bertindak dan menghentikan segala bentuk kejahatan adalah sumber kekuatan sejati. Ayat ini mengajarkan kita untuk memelihara iman di tengah kesulitan, untuk terus berseru kepada Allah, dan untuk percaya pada waktu-Nya yang sempurna untuk memulihkan dan menegakkan kebenaran.
Untuk mendalami lebih lanjut, Anda bisa membaca Mazmur 74 secara keseluruhan.