Mazmur 74:22 - Tuhan Bangkitlah dan Belalah Perkara-Mu

"Bangkitlah, ya Allah, dan belalah perkara-Mu! Ingatlah bagaimana orang yang kurang ajar mencela Engkau sepanjang hari."

Ayat Mazmur 74:22 adalah seruan doa yang mendalam, sebuah permohonan yang diucapkan dari lubuk hati yang terdalam di tengah penderitaan dan penindasan. Dalam konteks mazmur ini, pemazmur menggambarkan kondisi umat Allah yang sedang mengalami kehancuran dan penghinaan oleh musuh-musuh mereka. Kehancuran Bait Suci, penistaan terhadap hal-hal yang kudus, dan kesukacitaan musuh atas malapetaka yang menimpa umat Allah, semuanya memicu kesedihan dan keputusasaan.

Seruan "Bangkitlah, ya Allah, dan belalah perkara-Mu!" bukanlah ungkapan keraguan akan kuasa Allah, melainkan sebuah pengakuan atas keadilan dan kesetiaan-Nya. Ini adalah pengakuan bahwa hanya Allah yang mampu mengatasi masalah yang begitu besar. "Perkara-Mu" merujuk pada umat-Nya, perjanjian-Nya, dan nama-Nya yang dipermuliakan. Ketika umat-Nya dicerca dan dihancurkan, seolah-olah perkara Allah sendiri yang tercemar di mata dunia.

Frasa "Ingatlah bagaimana orang yang kurang ajar mencela Engkau sepanjang hari" menekankan betapa kejam dan tidak berhentinya serangan dari musuh. Celaan ini bukan hanya ditujukan kepada umat Allah, tetapi juga kepada Allah itu sendiri, seolah-olah Ia tidak berkuasa atau tidak peduli. Keadaan ini menuntut campur tangan ilahi, sebuah intervensi yang menunjukkan bahwa Allah tidak tinggal diam melihat umat-Nya diperlakukan dengan keji dan nama-Nya dihujat.

Dalam kehidupan modern, kita mungkin tidak menghadapi ancaman fisik yang sama persis seperti yang digambarkan dalam mazmur ini. Namun, semangat dari ayat ini tetap relevan. Kita dapat menjumpai situasi di mana keadilan dipermainkan, kebenaran diremehkan, dan nilai-nilai luhur dicela. Kita mungkin menyaksikan ketidakadilan yang merajalela, kesewenang-wenangan yang tak terkendali, atau kejahatan yang seolah-olah merayakan kemenangannya.

Pada saat-saat seperti inilah, doa dalam Mazmur 74:22 menjadi relevan. Ia mengajarkan kita untuk tidak larut dalam keputusasaan, tetapi untuk mengangkat pandangan kepada Allah. Ia mengajarkan kita bahwa ada saatnya kita perlu berseru agar Allah bangkit, menunjukkan kuasa-Nya, dan membela apa yang benar. Seruan ini juga mengingatkan kita bahwa Allah peduli terhadap penderitaan umat-Nya dan bahwa nama-Nya tidak akan dibiarkan tercemar selamanya. Doa ini adalah sumber kekuatan, harapan, dan keyakinan bahwa pada akhirnya, keadilan ilahi akan ditegakkan.