Mazmur 74:23

"Janganlah lupakan seruan musuh-musuh-Mu, hiruk-pikuk lawan-Mu yang tiada hentinya bangkit."

Ayat Mazmur 74:23 ini merupakan puncak dari seruan permohonan dalam Mazmur 74. Sang pemazmur, dalam tengah-tengah kesesakan dan kehancuran yang dialami umat Tuhan, mengangkat suara kepada Allah. Ayat ini bukan sekadar kutipan; ia adalah cerminan mendalam dari penderitaan yang dialami, yang begitu hebatnya sampai-sampai rasa takut dan keputusasaan mengancam untuk menenggelamkan harapan.

Perkataan "Janganlah lupakan seruan musuh-Mu" menunjukkan adanya pengakuan bahwa musuh-musuh Tuhan, dalam kesombongan dan kekejaman mereka, terus menerus mengolok-olok dan meremehkan umat yang percaya. "Hiruk-pikuk lawan-Mu yang tiada hentinya bangkit" menggambarkan keganasan dan kebrutalan serangan yang dihadapi. Ini bisa merujuk pada penindasan fisik, perlakuan tidak adil, atau bahkan serangan rohani yang mencoba menggoyahkan iman.

Dalam konteks sejarah Mazmur 74, ayat ini kemungkinan besar merujuk pada masa-masa kelam ketika Bait Suci di Yerusalem dihancurkan oleh bangsa asing. Kehancuran ini bukan hanya simbolis; ia adalah pukulan telak bagi identitas dan spiritualitas umat Israel. Seruan musuh-musuh mereka terdengar bergema, menunjukkan kemenangan palsu mereka dan membuat umat Allah merasa ditinggalkan dan tak berdaya.

Namun, di balik kesakitan yang diungkapkan, terdapat sebuah permintaan yang sangat penting: "Janganlah lupakan." Sang pemazmur mengingatkan Allah, seolah-olah Allah bisa lupa, akan penderitaan umat-Nya. Ini bukanlah tanda ketidakpercayaan, melainkan sebuah cara untuk menekankan betapa beratnya situasi yang sedang dihadapi. Permintaan ini mengandung harapan bahwa Allah akan bangkit dan bertindak demi keadilan dan penyelamatan umat-Nya.

Lebih dari sekadar permohonan akan penyelamatan dari penindasan, ayat ini juga mengajarkan kita tentang pentingnya mengingat. Bagi orang percaya, mengingat perjuangan masa lalu, baik itu kemenangan maupun kekalahan, adalah bagian dari proses memahami rencana ilahi. Mengingat kesetiaan Allah di masa lalu memberikan kekuatan untuk menghadapi tantangan di masa kini. Sebaliknya, melupakan ancaman dan taktik musuh dapat membuat kita lengah.

Dalam kehidupan modern, kita mungkin tidak menghadapi serangan fisik dalam skala yang sama seperti yang dialami bangsa Israel kuno. Namun, kita tetap bergumul dengan berbagai "musuh" – godaan, ketakutan, keraguan, ketidakadilan sosial, dan berbagai tekanan hidup lainnya. Seruan musuh dalam ayat ini dapat diinterpretasikan sebagai bisikan-bisikan jahat yang berusaha menjauhkan kita dari Tuhan, atau sebagai suara-suara dunia yang meremehkan nilai-nilai spiritual.

Mazmur 74:23 mengingatkan kita untuk terus-menerus membawa segala pergumulan kita di hadapan Allah. Kita diajak untuk tidak bungkam dalam menghadapi kesulitan, tetapi mengangkat suara dalam doa, memohon agar Allah tidak melupakan janji-janji-Nya dan campur tangan dalam kehidupan kita. Kehidupan orang percaya adalah sebuah perjalanan yang penuh dengan tantangan, namun di tengah segala hiruk-pikuk kehidupan, iman kita berlabuh pada Tuhan yang tidak pernah lalai terhadap umat-Nya.

Simbol burung merpati terbang melambangkan kedamaian dan harapan yang naik kepada Tuhan

Kehadiran gambar merpati terbang di sini melambangkan doa dan harapan yang diangkat kepada Tuhan, sebuah simbol kedamaian dan pemulihan. Seperti merpati yang terbang tinggi di langit, doa-doa kita juga diharapkan mencapai takhta Allah. Ayat ini, dalam kesederhanaannya, menawarkan penghiburan dan kekuatan. Ia mengingatkan bahwa bahkan di saat-saat tergelap, ketika seruan musuh terdengar paling nyaring, Allah tetap setia dan memiliki rencana yang mulia.