Konteks dan Makna
Mazmur 78 adalah sebuah mazmur pengajaran yang sangat kaya, ditulis oleh Asaf. Mazmur ini menceritakan kembali sejarah Israel, dari Keluaran dari Mesir hingga masa Daud. Tujuannya adalah untuk mengingatkan generasi masa depan tentang kesetiaan Allah dan ketidaksetiaan umat-Nya, serta konsekuensi dari ketidaktaatan. Ayat 31 yang kita renungkan adalah bagian dari narasi yang menggambarkan penghakiman Allah atas bangsa Israel karena dosa dan penyembahan berhala mereka.
Frasa "Maka murka Allah tertimpa kepada mereka" menunjukkan bahwa tindakan penghakiman ini adalah respons langsung dari Allah terhadap pelanggaran umat-Nya. Ini bukan sekadar kejadian alamiah, melainkan campur tangan ilahi sebagai akibat dari hubungan perjanjian yang dilanggar. Kata "murka" (dalam bahasa Ibrani 'ap) menggambarkan kemarahan Allah yang kudus dan adil terhadap dosa.
Selanjutnya, ayat tersebut secara spesifik menyebutkan siapa yang menjadi sasaran murka Allah: "dan Ia memunahkan orang-orang gemuk di antara mereka, dan merobohkan orang-orang muda Israel." Istilah "orang-orang gemuk" (dalam bahasa Ibrani 'samyayim') seringkali merujuk pada orang-orang yang berada di posisi terkemuka, kaya, atau memiliki pengaruh dalam masyarakat. Mereka mungkin adalah para pemimpin atau orang-orang yang menikmati kemakmuran dan kekuasaan. Penghakiman atas mereka menunjukkan bahwa tidak ada seorang pun yang kebal dari konsekuensi dosa, bahkan mereka yang memiliki kedudukan tinggi.
Sementara itu, "orang-orang muda Israel" menggambarkan generasi penerus, yang seharusnya menjadi harapan bangsa. Tindakan Allah merobohkan mereka bisa berarti kematian dini, kehilangan kekuatan, atau kehancuran masa depan mereka. Ini menekankan betapa luas dan seriusnya dampak dosa, yang tidak hanya menimpa individu tetapi juga seluruh komunitas dan generasi mendatang.
Pelajaran dari Mazmur 78:31
Mazmur 78:31 memberikan pelajaran penting tentang sifat dosa dan keadilan Allah. Dosa tidak pernah dianggap remeh oleh Allah. Meskipun Ia adalah Allah yang penuh kasih dan pengampunan, Ia juga adalah Allah yang kudus dan adil, yang tidak dapat mentolerir dosa. Murka-Nya adalah respons yang tepat terhadap pemberontakan dan ketidaktaatan.
Penting bagi kita untuk memahami bahwa penghakiman ini adalah konsekuensi dari penolakan terhadap Allah dan perintah-Nya. Bangsa Israel, meskipun telah dipilih dan dibebaskan oleh Allah, seringkali berpaling dari-Nya. Ayat ini mengingatkan kita bahwa kesetiaan kepada Allah adalah hal yang krusial dalam hubungan kita dengan-Nya.
Bagi umat Kristen, ayat ini juga memiliki makna yang lebih dalam dalam terang karya penebusan Yesus Kristus. Melalui kematian-Nya di kayu salib, Yesus menanggung murka Allah yang seharusnya kita terima karena dosa-dosa kita. Kita yang percaya kepada-Nya tidak lagi berada di bawah murka Allah, tetapi telah menerima pengampunan dan pemulihan hubungan. Namun, kita tetap dipanggil untuk hidup dalam ketaatan dan kesetiaan kepada Allah, agar kita tidak terus menerus jatuh ke dalam dosa yang sama dan mendatangkan konsekuensi yang menyakitkan dalam hidup kita. Mazmur ini menjadi pengingat yang kuat untuk selalu rendah hati di hadapan Allah, mengakui kerapuhan diri, dan senantiasa bergantung pada kasih karunia-Nya.