Mazmur 78:37 - Ketaatan Hati yang Tulus

"Tetapi hati mereka tidak setia kepada-Nya, dan mereka tidak berpaut pada perjanjian-Nya."

Kebaikan & Kesetiaan

Mazmur 78:37 adalah sebuah ayat yang menggugah hati, menyajikan sebuah realitas rohani yang mendalam. Ayat ini berbicara tentang sebuah kondisi hati yang tidak sepenuhnya setia kepada Tuhan, meskipun mungkin ada pengakuan atau pengikatan terhadap perjanjian-Nya. Ini adalah pengingat yang kuat bahwa hubungan dengan Tuhan bukan sekadar tentang ritual atau janji lahiriah, melainkan tentang kesetiaan yang berakar dalam hati.

Dalam konteks Mazmur 78, pemazmur sedang merefleksikan sejarah bangsa Israel. Ia menyoroti serangkaian kejadian di mana umat Tuhan, meskipun telah mengalami berbagai tanda dan keajaiban dari Allah, sering kali jatuh kembali ke dalam ketidaktaatan dan kesombongan. Ayat 37 ini merangkum inti permasalahan mereka: hati yang tidak teguh. Mereka mungkin mengingat janji-janji yang telah dibuat, namun komitmen yang tulus untuk menepatinya sering kali luntur ketika godaan atau kesulitan datang.

Kesetiaan hati yang dimaksud di sini bukanlah sekadar tidak melakukan perbuatan dosa. Lebih dari itu, kesetiaan hati adalah sebuah orientasi fundamental dari seluruh keberadaan seseorang kepada Tuhan. Ini berarti menjadikan Tuhan sebagai pusat hidup, mengutamakan kehendak-Nya di atas keinginan pribadi, dan senantiasa mencari wajah-Nya dalam segala keadaan. Ketidaksetiaan hati, sebaliknya, adalah kecenderungan untuk berpaling ke arah lain, mencari kepuasan atau keamanan pada hal-hal duniawi, atau bahkan pada kekuatan diri sendiri, alih-alih pada Sang Sumber kehidupan.

Perjanjian Tuhan adalah dasar dari hubungan antara Allah dan umat-Nya. Perjanjian ini penuh dengan janji-janji kasih karunia dan tuntutan akan ketaatan. Namun, seperti yang ditunjukkan oleh Mazmur 78:37, pengetahuan tentang perjanjian tidak otomatis menghasilkan kepatuhan. Sering kali, umat Tuhan "tidak berpaut pada perjanjian-Nya," yang bisa berarti mereka mengabaikan kewajiban mereka, melupakan manfaatnya, atau gagal untuk hidup sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Ini adalah gambaran yang menyedihkan tentang iman yang dangkal, yang ada di permukaan tetapi tidak meresapi kedalaman jiwa.

Bagaimana kita bisa memastikan hati kita tetap setia dan terpaut pada perjanjian Tuhan? Pertama, diperlukan sebuah komitmen yang sadar untuk senantiasa mengarahkan hati kepada Tuhan. Ini bisa melalui doa yang tekun, perenungan Firman Tuhan secara mendalam, dan keterlibatan dalam komunitas orang percaya yang saling menguatkan. Kedua, kita perlu mengakui kerentanan hati kita terhadap godaan dan ketidaksetiaan. Kesadaran akan kelemahan diri adalah langkah awal menuju ketergantungan yang lebih besar pada kuasa Tuhan.

Mazmur 78:37 adalah sebuah peringatan sekaligus undangan. Peringatan agar kita tidak mengikuti jejak mereka yang hanya mengaku setia namun hati mereka jauh dari Tuhan. Undangan bagi kita untuk memeriksa hati kita, memastikan bahwa kesetiaan kita kepada Tuhan adalah kesetiaan yang tulus, yang berakar dalam, dan yang terpaut erat pada perjanjian-Nya. Marilah kita belajar dari sejarah dan memilih untuk mengarahkan hati kita sepenuhnya kepada Dia yang layak menerima seluruh pujian dan kesetiaan kita.