Ayat dari Kisah Para Rasul pasal 7, ayat 6, merupakan kutipan langsung dari perkataan Allah kepada Abraham. Ayat ini menjadi fondasi penting dalam narasi perjanjian antara Allah dengan umat-Nya, khususnya terkait dengan janji tanah dan keturunan. Stefanus, dalam pidatonya yang panjang di hadapan Mahkamah Agama Yahudi, merujuk pada ayat ini untuk menjelaskan bagaimana rencana Allah berjalan bahkan ketika umat-Nya mengalami kesulitan dan penindasan di negeri asing.
Ketika Allah pertama kali berfirman kepada Abraham, Ia menjanjikan bahwa keturunannya akan menjadi bangsa yang besar dan akan mewarisi tanah Kanaan. Namun, sebelum janji itu tergenapi sepenuhnya, Allah juga memberikan gambaran mengenai perjalanan yang akan dilalui keturunan Abraham. Ayub 7:6 menggambarkan salah satu tahapan penting dalam perjalanan panjang keturunan Abraham ini: masa pengembaraan dan perbudakan di Mesir.
Ayat ini dengan jelas menyebutkan bahwa keturunan Abraham akan menjadi "perantau di negeri asing" dan akan "diperbudak serta ditindas" selama empat ratus tahun. Periode ini mengacu pada pengalaman bangsa Israel di Mesir, yang dimulai setelah Yusuf dan keluarganya pindah ke sana karena kelaparan. Awalnya disambut baik, seiring waktu orang Israel tumbuh menjadi bangsa yang besar, yang kemudian menimbulkan kecurigaan dan ketakutan pada para pemimpin Mesir. Akibatnya, mereka diperbudak dan dipaksa bekerja keras dalam kondisi yang sangat berat.
Namun, penting untuk dicatat bahwa Allah tidak meninggalkan umat-Nya dalam penindasan tersebut. Kata-kata Allah kepada Abraham bukan hanya ramalan, tetapi juga janji perlindungan dan penebusan. Periode 400 tahun itu, meskipun penuh penderitaan, adalah bagian dari rencana Allah yang lebih besar. Masa itu menjadi waktu di mana keturunan Abraham berkembang biak menjadi bangsa yang besar, sekaligus menjadi waktu di mana mereka belajar bergantung sepenuhnya kepada Allah. Keempat ratus tahun itu mempersiapkan mereka untuk keluar dari Mesir, bukan hanya sebagai budak, tetapi sebagai bangsa yang dipimpin oleh Allah sendiri, menuju tanah perjanjian yang telah dijanjikan.
Kisah ini mengajarkan kita bahwa rencana Allah seringkali melibatkan cobaan dan kesulitan. Namun, di tengah kesulitan itu, ada janji perlindungan dan tujuan akhir yang mulia. Kisah Rasul 7:6 mengingatkan kita akan kesetiaan Allah terhadap janji-Nya, meskipun umat-Nya mungkin harus melewati lembah kekelaman sebelum mencapai puncak kemuliaan-Nya. Perjalanan keturunan Abraham ke tanah perjanjian adalah gambaran perjalanan iman kita, di mana kita dipimpin oleh Allah melewati berbagai ujian, untuk akhirnya mencapai tempat yang Ia janjikan.