Mazmur 81:3

"Tiuplah sangkakala pada bulan baru, pada waktu bulan purnama, pada hari raya kita."
Bulan Baru Raya Hari
Simbol perayaan di bawah naungan bulan.

Mazmur 81:3 mengajak kita untuk mengingat sebuah perintah ilahi yang penting dalam tradisi Israel kuno: meniup sangkakala pada bulan baru, khususnya pada saat bulan purnama yang menandai permulaan hari raya. Perintah ini bukan sekadar suara semata, melainkan sebuah panggilan untuk bersukacita, bersyukur, dan memperingati karya-karya besar Tuhan.

Bulan baru, atau Rosh Chodesh dalam bahasa Ibrani, adalah momen yang signifikan. Secara astronomis, ini adalah awal dari siklus bulan yang baru. Dalam konteks keagamaan, ini menjadi waktu untuk menandai permulaan bulan dalam kalender keagamaan dan sering kali dihubungkan dengan perayaan-perayaan penting seperti Paskah, Hari Raya Panen (Shavuot), dan Hari Raya Pondok Daun (Sukkot). Penggunaan sangkakala (terompet) pada momen ini berfungsi untuk menarik perhatian, mengumpulkan umat, dan memproklamirkan kemuliaan Tuhan. Suara terompet yang nyaring menjadi pengingat akan kehadiran dan kekuasaan-Nya yang tak terbatas.

Lebih dari sekadar seremoni, ayat ini menekankan aspek kegembiraan dan perayaan. Tiuplah sangkakala "pada hari raya kita" menyiratkan bahwa momen ini adalah waktu untuk sukacita bersama. Ini adalah kesempatan untuk umat Tuhan berkumpul, merayakan berkat-berkat yang telah diterima, dan menantikan janji-janji-Nya di masa depan. Perayaan ini bukan hanya tentang ritual, tetapi tentang hati yang penuh syukur dan sukacita di hadapan Sang Pencipta.

Ayat ini juga dapat diartikan secara spiritual. Dalam kehidupan beriman, seringkali kita perlu "meniup sangkakala" dalam diri kita sendiri. Ini berarti membangunkan semangat, menyadari kehadiran Tuhan dalam setiap siklus kehidupan, dan secara aktif merayakan karya-Nya. Bulan baru bisa menjadi metafora untuk kesempatan baru, awal yang segar, atau momen untuk memulai kembali komitmen iman kita. Bulan purnama, dengan sinarnya yang terang, bisa melambangkan pencerahan rohani, kebenaran yang dinyatakan, atau waktu di mana kehadiran Tuhan terasa begitu nyata.

Sebagai pengikut Kristus saat ini, kita dapat menarik pelajaran dari prinsip yang terkandung dalam Mazmur 81:3. Meskipun bentuk perayaan mungkin berbeda, semangat untuk merayakan dan mengingat karya Tuhan tetap relevan. Kita diajak untuk menjadikan setiap kesempatan, setiap awal yang baru, sebagai waktu untuk memuliakan Tuhan, bersyukur atas pengorbanan Kristus, dan menantikan kedatangan-Nya yang kedua kali. Meniuplah "sangkakala" dalam hati kita dengan doa, pujian, dan kesaksian, agar sukacita dan perayaan kita senantiasa mengalir dari kesadaran akan kasih dan kuasa-Nya yang abadi.