"Itulah sebabnya Ia menetapkannya menjadi suatu ketetapan di Yusuf, suatu hukum yang diucapkan-Nya pada waktu Ia mendatangkan malapetaka atas tanah Mesir."
Simbol pembebasan dan ketetapan ilahi
Mazmur 81:5 membawa kita pada sebuah momen krusial dalam sejarah bangsa Israel. Ayat ini bukan sekadar catatan sejarah, melainkan sebuah pengingat akan sifat dasar Allah yang setia pada janji-janji-Nya. Ia menetapkan suatu hukum, sebuah ketetapan yang memiliki kekuatan permanen, diwariskan melalui keturunan Yusuf. Ketetapan ini lahir dari sebuah peristiwa dramatis: pembebasan bangsa Israel dari perbudakan di tanah Mesir. Pengalaman ini, yang dipimpin oleh tangan kanan Allah yang perkasa, menjadi dasar bagi hukum dan peringatan ilahi yang berlanjut.
Ketetapan yang dimaksud dalam ayat ini merujuk pada perintah Allah untuk merayakan Paskah dan Hari Raya Roti Tidak Beragi. Ini adalah perintah untuk selalu mengingat tindakan penyelamatan Allah yang luar biasa. Setiap tahun, ketika bangsa Israel merayakan peristiwa ini, mereka diingatkan akan kuasa Allah yang menghancurkan Mesir dengan sepuluh tulah, dan yang kemudian memimpin mereka keluar dengan tangan terulur. Yusuf, sebagai leluhur penting bagi suku-suku Israel yang kemudian menjadi tulang punggung bangsa, menjadi perwakilan dalam penetapan hukum ini. Ini menegaskan bahwa janji dan penyelamatan Allah ditujukan untuk seluruh keturunan perjanjian-Nya.
Inti dari Mazmur 81:5 adalah janji kemerdekaan yang diberikan oleh Allah. Kemerdekaan dari Mesir bukanlah kebetulan, melainkan tindakan kesengajaan ilahi yang didasari oleh kasih dan kesetiaan-Nya kepada umat pilihan-Nya. Ayat ini menggarisbawahi bahwa Allah adalah Tuhan yang bertindak dalam sejarah, membebaskan umat-Nya dari penindasan dan menetapkan cara bagi mereka untuk terus mengingat dan menghormati karya penyelamatan-Nya. Ketetapan ini menjadi semacam "tanda pengenal" bagi bangsa Israel, sebuah pengingat konstan akan identitas mereka sebagai umat yang telah ditebus.
Lebih dari sekadar pembebasan fisik, ayat ini juga menyiratkan panggilan untuk ketaatan. Perayaan Paskah dan hari-hari raya lainnya bukan hanya ritual tahunan, tetapi sebuah ekspresi ketaatan dan rasa syukur kepada Allah. Dengan mematuhi ketetapan-Nya, bangsa Israel memperkuat hubungan mereka dengan Allah dan meneguhkan kembali komitmen mereka untuk hidup sesuai dengan kehendak-Nya. Ini adalah sebuah siklus iman: Allah membebaskan, umat merayakan dan taat, dan melalui ketaatan itu, hubungan mereka dengan Allah semakin diperdalam.
Pesan Mazmur 81:5 tetap relevan bagi umat beriman hingga saat ini. Dalam konteks kekristenan, ketetapan di Yusuf ini dapat dilihat sebagai bayangan dari karya penebusan Kristus. Yesus Kristus adalah Paskah kita yang sejati (1 Korintus 5:7), yang membebaskan kita dari perbudakan dosa. Sama seperti bangsa Israel diperintahkan untuk selalu mengingat keluarnya dari Mesir, orang percaya dipanggil untuk merayakan pengorbanan Kristus dan kuasa kebangkitan-Nya. Perjamuan Kudus menjadi pengingat tahunan, bahkan mingguan, akan karya penyelamatan ilahi yang paling monumental.
Ayat ini juga mengajarkan kita tentang pentingnya mengingat tindakan Allah di masa lalu. Sejarah iman penuh dengan bukti kemurahan dan kesetiaan-Nya. Dengan mengingat dan merayakan karya-karya-Nya, kita diperkuat dalam iman kita dan didorong untuk terus mempercayai-Nya, bahkan di tengah kesulitan. Mazmur 81:5 mengingatkan kita bahwa Allah adalah Allah yang sama yesterday, today, and forever. Ia adalah Tuhan yang bertindak, yang membebaskan, dan yang menetapkan cara bagi kita untuk mengenali dan memuliakan-Nya. Ketetapan ilahi yang lahir dari pembebasan Mesir ini adalah bukti abadi dari kasih dan kuasa-Nya yang tidak pernah berubah.