Mazmur 82:2

Berapa lama lagi kamu akan menghakimi dengan tidak adil dan memihak kepada orang fasik?

Tdk Adil Adil

Ayat Mazmur 82:2 adalah sebuah seruan keras yang diucapkan oleh Tuhan sendiri, menyentil para pemimpin dan hakim pada zamannya. Frasa "Berapa lama lagi kamu akan menghakimi dengan tidak adil dan memihak kepada orang fasik?" bukan sekadar pertanyaan retoris, melainkan sebuah teguran yang mendalam tentang penyimpangan dari prinsip keadilan yang seharusnya dijunjung tinggi. Dalam konteks Alkitab, para pemimpin dan hakim dipercayakan dengan tugas mulia untuk menegakkan hukum Tuhan dan memastikan kebenaran berlaku bagi semua lapisan masyarakat. Namun, seperti yang ditunjukkan oleh ayat ini, seringkali godaan untuk memihak, menerima suap, atau sekadar mengabaikan kebenaran demi keuntungan pribadi menjadi terlalu kuat.

Tuhan, sang Hakim Agung, melihat segala sesuatu. Dia menyaksikan bagaimana keadilan dipermainkan dan bagaimana orang-orang yang lemah dan tidak berdaya justru menjadi korban dari ketidakadilan yang dilembagakan. Ayat ini mengingatkan kita bahwa keadilan bukan sekadar konsep abstrak, tetapi sebuah tindakan nyata yang harus diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari, terutama oleh mereka yang memiliki otoritas. Memihak kepada orang fasik berarti mengabaikan hak-hak orang benar, memberikan kesempatan bagi kejahatan untuk berkembang, dan pada akhirnya merusak tatanan sosial dan spiritual.

Seruan ini memiliki relevansi yang tak lekang oleh waktu. Di setiap generasi, selalu ada tantangan untuk menjaga integritas dalam proses pengambilan keputusan dan penegakan hukum. Berapa lama lagi kita akan membiarkan prasangka, kepentingan pribadi, atau pengaruh luar merusak imparsialitas yang seharusnya menjadi pondasi keadilan? Mazmur 82:2 mengajak kita untuk merenungkan peran kita masing-masing, baik sebagai individu yang berinteraksi dalam masyarakat, maupun sebagai pemimpin yang memegang amanah. Apakah tindakan kita mencerminkan prinsip keadilan yang murni, ataukah kita tanpa sadar turut serta dalam memihak kepada "orang fasik" dalam berbagai bentuknya?

Tuhan menuntut keadilan yang teguh, yang tidak terpengaruh oleh status sosial, kekayaan, atau koneksi. Ketika keadilan dikompromikan, maka tatanan yang seharusnya dijaga justru runtuh. Ayat ini juga dapat dilihat sebagai undangan bagi kita untuk berseru kepada Tuhan, memohon kekuatan dan hikmat agar mampu menjadi agen keadilan di dunia yang seringkali penuh dengan ketidakadilan. Pertanyaan yang diajukan dalam Mazmur 82:2 adalah panggilan untuk introspeksi diri dan tindakan korektif, demi terciptanya masyarakat yang lebih baik, di mana setiap orang diperlakukan dengan adil sesuai dengan kebenaran yang abadi. Mari kita renungkan dan aplikasikan prinsip keadilan dalam setiap aspek kehidupan kita.