Mazmur 88:12

Apakah tangan-Mu berkuasa atas orang mati? Ataukah arwah-arwah bangkit memuji-Mu?

Ilustrasi visual yang melambangkan pertanyaan tentang kehidupan setelah kematian dan pujian.

Mazmur 88 adalah salah satu mazmur yang paling kelam dalam Alkitab. Penulisnya, Heman orang Ezrahi, mengungkapkan kedalaman penderitaannya, kegelapan yang melingkupinya, dan perasaan ditinggalkan oleh Tuhan. Dalam konteks kesengsaraan yang luar biasa ini, muncullah pertanyaan yang menggugah: "Apakah tangan-Mu berkuasa atas orang mati? Ataukah arwah-arwah bangkit memuji-Mu?" (Mazmur 88:12). Pertanyaan ini bukan sekadar sebuah renungan filosofis, melainkan sebuah ungkapan dari jiwa yang merana, yang mencari makna di tengah keputusasaan.

Di masa penderitaan, pikiran seringkali berputar pada hal-hal yang paling mendasar. Ketika hidup terasa begitu berat, terbentang sebuah jurang pemisah antara dunia yang dikenal dan ketidakpastian setelah kematian. Penulis mazmur seolah bertanya, apakah ada kuasa dan kemungkinan pujian bagi mereka yang telah terbaring di alam kematian? Ini adalah kerinduan akan keberlangsungan makna, bahkan ketika kehidupan di dunia ini terasa begitu menyakitkan dan tak berujung. Ia bergulat dengan pertanyaan eksistensial tentang apa yang terjadi setelah napas terakhir, dan apakah masih ada tempat bagi penyembahan dan pengakuan atas kebesaran Tuhan di sana.

Penderitaan seringkali membuat kita merasa terisolasi, seolah-olah kita berada di lubang yang dalam tanpa ada jalan keluar. Dalam situasi seperti ini, kata-kata dari Mazmur 88:12 memberikan resonansi yang kuat. Ia mengingatkan kita bahwa bahkan dalam kegelapan tergelap sekalipun, manusia diperbolehkan untuk bertanya, untuk merenung, dan untuk mencari jawaban. Pertanyaan ini mengindikasikan adanya harapan implisit, bahwa meskipun dunia orang mati misterius, tidaklah mustahil bagi kuasa Tuhan untuk menjangkaunya.

Lebih dari itu, ayat ini mengajukan sebuah ide penting: bahwa pujian kepada Tuhan bukanlah sesuatu yang terbatas pada mereka yang hidup dalam keadaan sehat dan makmur. Ada sebuah aspirasi bahwa pujian itu bersifat universal dan abadi. Meskipun kondisi fisik mungkin terenggut, dan kehidupan duniawi berakhir, pertanyaan ini menyiratkan bahwa ada potensi bagi pemulihan atau keberlanjutan hubungan dengan Sang Pencipta. Ini adalah bukti bahwa kehausan jiwa untuk memuliakan Tuhan tidaklah padam begitu saja.

Bagi kita yang hidup saat ini, Mazmur 88:12 bisa menjadi pengingat bahwa dalam setiap tahap kehidupan, bahkan saat menghadapi tantangan berat, kesedihan mendalam, atau ketidakpastian masa depan, kita memiliki kebebasan untuk berseru kepada Tuhan. Ia hadir tidak hanya dalam saat-saat sukacita, tetapi juga di tengah air mata dan keraguan. Ayat ini mendorong kita untuk terus mencari, terus bertanya, dan terus percaya bahwa kuasa-Nya melampaui segala keterbatasan yang kita alami, termasuk batas antara kehidupan dan kematian. Harapan tetap ada, bahkan di dalam kegelapan.