Mazmur 88:17 - Kegelapan dan Keterasingan

"Mereka datang seperti air bah atas diri hamba-Mu, menelan hamba-Mu di tengah kegelapan."

Simbol Gelombang dan Kegelapan Dalam Keterbatasan

Visualisasi metaforis dari gelombang yang menghantam dan kegelapan yang menelan, mencerminkan perasaan dalam Mazmur 88:17.

Mazmur 88:17 adalah sebuah ungkapan penderitaan yang mendalam, menggambarkan sebuah pengalaman yang mencekam dan membuat seseorang merasa tenggelam dalam keputusasaan. Ayat ini berbicara tentang rasa terhimpit, diselimuti oleh kesulitan yang datang bagaikan banjir bandang, tanpa ampun dan tanpa jeda. Kegelapan yang dimaksud bukan sekadar ketiadaan cahaya, melainkan sebuah kondisi emosional dan spiritual yang pekat, di mana harapan seolah lenyap tertelan.

Dalam konteks pemazmur, kata-kata ini mencerminkan momen ketika segala upaya terasa sia-sia. Setiap kali mencoba bangkit, ada saja gelombang baru yang datang menerjang, menariknya kembali ke dalam jurang kesedihan. Perasaan "ditelan di tengah kegelapan" menunjukkan isolasi total. Seolah-olah tidak ada tangan yang bisa meraih, tidak ada suara yang bisa didengar, hanya ada kehampaan yang brutal. Ini adalah gambaran ekstrem dari perasaan ditinggalkan, baik oleh manusia maupun oleh ilahi.

Ayat ini mengundang refleksi tentang berbagai bentuk penderitaan yang bisa dialami manusia. Bisa jadi itu adalah pergumulan berat dalam hidup, penyakit yang tak kunjung sembuh, kehilangan orang terkasih, kegagalan yang beruntun, atau bahkan krisis iman yang membuat seseorang merasa jauh dari Tuhan. "Gelombang" bisa diartikan sebagai kesialan yang bertubi-tubi, sementara "kegelapan" adalah kesadaran pahit akan kerapuhan diri di hadapan badai kehidupan.

Namun, di balik kedalaman kesedihan yang diungkapkan, Alkitab sering kali menawarkan perspektif yang lebih luas. Meskipun Mazmur 88 sendiri dikenal sebagai salah satu mazmur ratapan yang paling kelam, keberadaannya dalam Kitab Suci mengingatkan kita bahwa setiap aspek kehidupan manusia, termasuk penderitaan terdalam, memiliki tempat untuk diungkapkan. Ayat ini bukan akhir dari segalanya, melainkan pengakuan akan realitas yang sulit dihadapi.

Merenungkan Mazmur 88:17 bisa menjadi langkah awal untuk mencari terang, bahkan di tengah kegelapan terpekat sekalipun. Pengakuan akan kedalaman jurang adalah prasyarat untuk menyadari kebutuhan akan pertolongan. Kegelapan yang digambarkan bisa menjadi cerminan dari peperangan batin yang dialami banyak orang, namun narasi Alkitab secara keseluruhan menuntun pada kisah penebusan dan harapan yang tak pernah padam. Perasaan ditelan oleh kegelapan, walau mengerikan, pada akhirnya dapat mendorong seseorang untuk mencari cahaya yang dijanjikan, sebuah cahaya yang mampu mengusir segala bayangan tergelap sekalipun.