Mazmur 88:2

"Ya TUHAN, Allah yang menyelamatkan aku, siang hari aku berseru-seru, pada malam hari aku berhadapan dengan-Mu."

Simbol harapan dan kehadiran Tuhan di setiap waktu.

Menemukan Harapan di Tengah Kegelapan

Mazmur 88:2 adalah sebuah pengakuan iman yang mendalam, sebuah seruan yang kuat dari kedalaman hati seorang yang sedang menghadapi pergumulan berat. Ayat ini menggambarkan seorang pemazmur yang tidak gentar untuk mendekati Tuhan, baik di siang hari yang terang maupun di malam hari yang gelap. Pengakuan "siang hari aku berseru-seru, pada malam hari aku berhadapan dengan-Mu" menunjukkan sebuah hubungan yang intim dan konsisten dengan Sang Pencipta, terlepas dari kondisi atau suasana hati yang sedang dialami.

Kehidupan seringkali diwarnai oleh pasang surut. Ada masa-masa di mana segala sesuatu tampak cerah dan penuh harapan, seperti siang hari yang hangat. Di saat-saat seperti ini, mudah bagi kita untuk berseru-seru kepada Tuhan, mengakui kebaikan-Nya dan merasakan hadirat-Nya. Namun, ada pula masa-masa kelam, ketika masalah datang bertubi-tubi, kesedihan merayap, dan rasa putus asa mulai menyelimuti. Inilah saatnya malam hari tiba dalam kehidupan seseorang.

Di sinilah keindahan Mazmur 88:2 semakin bersinar. Sang pemazmur tidak berhenti berseru kepada Tuhan hanya karena kegelapan melingkupinya. Sebaliknya, ia justru secara aktif "berhadapan dengan-Mu" di malam hari. Ini bukan sekadar doa di saat sulit, melainkan sebuah pernyataan keberanian untuk tetap menjaga komunikasi dengan Tuhan, bahkan ketika sumber cahaya terasa telah padam. Ini adalah pengakuan bahwa Tuhan hadir dalam setiap situasi, baik dalam sukacita maupun dalam duka, dalam terang maupun dalam gelap.

Dalam konteks penderitaan yang lebih luas yang seringkali digambarkan dalam Mazmur 88, ayat ini menjadi jangkar harapan. Meskipun ayat-ayat sebelumnya dan sesudahnya mungkin menggambarkan kesedihan yang mendalam, ayat kedua ini menggarisbawahi kekuatan iman untuk terus mencari Tuhan. Keberanian untuk "berhadapan" di malam hari menunjukkan bahwa iman sejati tidak bergantung pada kondisi eksternal, melainkan pada keyakinan akan kesetiaan Tuhan yang tidak pernah berubah. Tuhan adalah Allah yang "menyelamatkan," dan penyelamatan-Nya tidak terbatas pada momen-momen mudah.

Bagi kita yang membaca dan merenungkan Mazmur 88:2, ayat ini memberikan pelajaran berharga. Di tengah tantangan hidup yang mungkin membuat kita merasa sendirian atau kehilangan arah, kita diingatkan bahwa Tuhan selalu ada. Kita diajak untuk tidak menyerah dalam doa, bahkan ketika suasana terasa paling kelam. Dengan terus berseru dan berhadapan dengan-Nya, kita membuka diri terhadap kekuatan-Nya untuk memimpin kita keluar dari kegelapan menuju terang. Harapan sejati bukan pada hilangnya masalah, tetapi pada kehadiran Tuhan yang senantiasa menyertai.