"Sebab kami habis lenyap oleh karena murka-Mu, dan oleh karena kehangatan amarah-Mu kami hilang."
Ayat Mazmur 90:7 ini membuka sebuah jendela ke dalam pemahaman mendalam tentang kondisi manusia di hadapan Sang Pencipta. Kata-kata yang diucapkan oleh Musa ini bukan sekadar refleksi historis, melainkan sebuah kebenaran abadi yang bergema dalam setiap generasi. Frasa "Sebab kami habis lenyap oleh karena murka-Mu, dan oleh karena kehangatan amarah-Mu kami hilang" secara lugas menggambarkan kefanaan dan kerapuhan eksistensi manusia ketika dihadapkan pada kekudusan dan keadilan Tuhan.
Dalam konteks yang lebih luas dari Mazmur 90, Musa merenungkan sifat keabadian Tuhan yang kontras dengan masa hidup manusia yang singkat. Tuhan adalah dari kekal sampai kekal, sementara manusia adalah seperti rumput di padang yang pada pagi hari tumbuh dan pada petang hari layu dan kering. Ayat ini menyoroti dampak dari murka dan amarah Tuhan terhadap umat-Nya. Ini bukanlah murka yang sembarangan atau emosional seperti yang sering kita pahami dalam interaksi manusia, melainkan respons Ilahi yang adil terhadap dosa dan pemberontakan.
"Habis lenyap" dan "hilang" menunjukkan proses penghabisan, pelenyapan, atau bahkan kehancuran. Ini bisa merujuk pada konsekuensi dosa dalam skala individu maupun komunal, seperti yang terlihat dalam sejarah bangsa Israel. Namun, penting untuk dicatat bahwa ayat ini tidak hanya berbicara tentang penghukuman. Ia juga berfungsi sebagai pengingat akan kebutuhan mendesak manusia akan belas kasihan dan pengampunan Tuhan. Kefanaan kita seharusnya tidak membuat kita putus asa, melainkan mendorong kita untuk mencari perlindungan dan pemulihan dalam diri Tuhan.
Oleh karena itu, pemahaman atas Mazmur 90:7 harus mengarah pada sikap kerendahan hati dan pengakuan akan ketergantungan total kita pada Tuhan. Kehidupan kita yang singkat, dengan segala perjuangan, harapan, dan kegagalannya, sangatlah berharga di mata Tuhan. Namun, kerapuhan kita juga seharusnya membuat kita lebih menghargai setiap momen yang diberikan dan menjalaninya dengan kesadaran akan kehadiran-Nya. "Kehangatan amarah-Mu" mungkin terdengar menakutkan, namun bagi mereka yang bertobat dan mencari Tuhan, kehangatan yang sama juga bisa menjadi sumber pemurnian dan pemulihan yang mendalam.
Dalam upaya kita untuk menjalani hidup yang bermakna, merenungkan ayat ini membantu kita untuk memprioritaskan hal-hal yang kekal. Kehidupan yang kita miliki, betapapun singkatnya, adalah anugerah yang harus dikelola dengan bijak. Kesadaran akan kefanaan kita, yang dipertegas oleh ayat ini, dapat memotivasi kita untuk hidup lebih dekat dengan Tuhan, mencari hikmat-Nya, dan mengasihi sesama. Mazmur 90:7, dengan segala bobotnya, pada akhirnya mengundang kita untuk menemukan kedamaian dan kekuatan dalam janji-janji Tuhan yang kekal, bukan dalam kekuatan atau ketahanan diri kita sendiri yang sementara. Ini adalah panggilan untuk bersandar sepenuhnya pada Dia yang adalah Alfa dan Omega, Awal dan Akhir segalanya.