Mazmur 94:8 - Kebenaran Ilahi dan Kebijaksanaan

"Baiklah kamu berpikirkah, hai kaum yang bodoh di antara rakyat, dan bilakah kamu, hai dungu, akan berpikir?

Ayat Mazmur 94:8 adalah sebuah seruan yang tegas namun penuh hikmah, menggugah kesadaran bagi setiap individu, terlepas dari latar belakang atau pemahaman mereka. Pemazmur, di bawah ilham ilahi, secara langsung bertanya kepada "kaum yang bodoh di antara rakyat" dan kepada "kaum dungu," menuntut agar mereka mulai merenung dan menggunakan akal budi yang telah Tuhan karuniakan.

Frasa "baiklah kamu berpikirkah" dan "bilakah kamu akan berpikir" bukanlah sekadar pertanyaan retoris, melainkan ajakan mendesak untuk menghentikan kebiasaan berpikir yang dangkal atau bahkan menolak kebenaran. Ayat ini menyiratkan adanya situasi di mana sebagian orang, karena ketidaktahuan, keangkuhan, atau keengganan untuk mencari tahu, gagal memahami realitas yang mendasar. Mereka mungkin hidup dalam ilusi, mengikuti arus tanpa pertanyaan, atau membiarkan diri terombang-ambing oleh pengaruh duniawi tanpa landasan yang kuat.

Dalam konteks yang lebih luas, Mazmur 94 seringkali berbicara tentang keadilan ilahi dan kejahatan manusia. Ayat 8 ini bisa jadi merujuk pada mereka yang menindas orang benar, yang mengabaikan hukum Tuhan, dan yang berpikir bahwa tindakan mereka luput dari pengawasan Ilahi. Pemazmur mengingatkan bahwa meskipun kejahatan tampak merajalela, Tuhan pada akhirnya akan menegakkan keadilan. Namun, sebelum penghakiman tiba, ada kesempatan bagi setiap orang untuk introspeksi diri.

Ajakan untuk berpikir ini menekankan pentingnya kebijaksanaan. Kebijaksanaan sejati tidak datang dari kecerdasan semata, tetapi dari pemahaman akan kebenaran Tuhan dan hidup sesuai dengan prinsip-prinsip-Nya. Orang yang dianggap "bodoh" atau "dungu" dalam ayat ini bukanlah mereka yang kurang berpendidikan, melainkan mereka yang hatinya tertutup terhadap kebenaran rohani, yang menolak untuk mengakui kedaulatan Tuhan, dan yang tidak mampu melihat hikmah di balik peristiwa kehidupan.

Memang, seringkali lebih mudah untuk hanyut dalam kesibukan sehari-hari atau terbawa oleh opini umum daripada meluangkan waktu untuk merenungkan makna yang lebih dalam. Kita mungkin terlena oleh kesenangan sesaat, terjerat dalam kepedulian duniawi, atau bahkan merasa bahwa pemikiran spiritual adalah sesuatu yang kuno dan tidak relevan. Namun, Mazmur 94:8 mengingatkan kita bahwa ada konsekuensi dari kelalaian spiritual ini. Penolakan untuk berpikir dan memahami kebenaran Ilahi dapat membawa pada jalan yang salah, penyesalan di kemudian hari, dan ketidakmampuan untuk mengalami kedamaian sejati yang bersumber dari hubungan dengan Tuhan.

Oleh karena itu, ayat ini menjadi pengingat abadi bagi kita semua: untuk senantiasa membuka pikiran dan hati kita, untuk bertanya, untuk mencari pemahaman yang lebih dalam tentang kebenaran, dan untuk tidak pernah berhenti merenungkan kehendak Tuhan. Hanya dengan kerendahan hati dan keinginan untuk belajar, kita dapat menemukan jalan menuju kehidupan yang lebih bermakna dan benar, terhindar dari kebodohan yang berujung pada kehancuran.