Ayat dari Mazmur 98:8 ini mengajak kita untuk merenungkan bagaimana seluruh alam semesta merespons keagungan Tuhan. Bukan hanya manusia yang dipanggil untuk bernyanyi dan bersorak-sorai, tetapi juga elemen-elemen ciptaan yang paling mendasar: sungai dan gunung.
Frasa "biarlah sungai-sungai bertepuk tangan" adalah sebuah metafora puitis yang luar biasa. Sungai yang mengalir tak henti-hentinya, dengan suara gemuruh airnya, divisualisasikan sebagai tindakan bertepuk tangan. Ini melambangkan sorak-sorai kegembiraan yang riuh dan tak terbendung. Air yang mengalir adalah simbol kehidupan, kekuatan, dan pergerakan yang terus-menerus, dan dalam konteks ini, seluruh aliran kehidupan yang ada di bumi seolah-olah bergembira memuji Sang Pencipta.
Demikian pula, "biarlah gunung-gunung bersorak-sorai bersama-sama" menggambarkan kekaguman dan pujian yang monumental. Gunung, dengan kemegahannya yang tak tergoyahkan dan ketinggiannya yang menantang langit, seakan-akan memancarkan suara pujian yang agung dan mendalam. Keberadaan gunung yang kokoh dan abadi menjadi saksi bisu dari kekuatan dan kebesaran Tuhan. Ketika gunung-gunung bersorak, itu menandakan pengakuan alam semesta yang universal atas kedaulatan dan kemuliaan-Nya.
Dalam kesederhanaannya, Mazmur 98:8 memberikan perspektif yang sangat luas tentang ibadah. Ibadah sejati bukanlah sekadar ritual atau aktivitas manusia semata, melainkan sebuah respons alamiah dari seluruh ciptaan terhadap Sang Pencipta. Ketika kita merenungkan ayat ini, kita diingatkan bahwa kita adalah bagian dari harmoni kosmik yang lebih besar, di mana segala sesuatu, dari tetesan air terkecil hingga puncak gunung tertinggi, dipanggil untuk memberikan pujian bagi Tuhan.
Alam seolah-olah memiliki bahasanya sendiri untuk mengungkapkan kekaguman. Sungai yang mengalir dengan riuhnya bagaikan tepukan tangan penuh sukacita, sementara gunung-gunung yang menjulang tinggi bersorak dengan keagungannya. Ini adalah gambaran tentang bagaimana Tuhan telah menanamkan keindahan dan keagungan dalam ciptaan-Nya, yang pada gilirannya menjadi cerminan kemuliaan-Nya. Setiap elemen alam memiliki perannya masing-masing dalam menyanjung Sang Pencipta.
Bagi kita yang percaya, ayat ini menginspirasi kita untuk menyelaraskan pujian kita dengan pujian alam semesta. Sebagaimana sungai dan gunung tak henti-hentinya mengungkapkan kebesaran-Nya, demikian pula kita dipanggil untuk hidup dalam kesadaran akan kehadiran-Nya, dan untuk membalas kasih-Nya dengan segenap hati dan jiwa. Mazmur 98:8 mengingatkan kita bahwa alam adalah buku terbuka yang mengajarkan tentang Sang Pencipta, dan di dalamnya tersimpan ajakan universal untuk bersorak-sorai bagi Dia.