"Jikalau ada orang yang mengikuti dan berkata dengan angin dan dusta: 'Aku akan bernubuat kepadamu tentang anggur dan madu,' maka orang itulah yang akan menjadi nabi bagi umat ini."
Ayat Mikha 2:11 menyajikan sebuah gambaran yang cukup gamblang mengenai bahaya kenabian palsu. Dalam konteks zaman Mikha, para nabi palsu seringkali muncul dengan pesan-pesan yang menyenangkan hati pendengarnya, bukannya kebenaran ilahi yang mungkin menyakitkan atau menantang. Mereka berani berkata-kata dengan "angin dan dusta", menawarkan janji-janji kosong tentang kemakmuran dan kebaikan seperti "anggur dan madu", padahal mereka tidak memiliki mandat dari Tuhan.
Fokus utama ayat ini adalah pada penolakan terhadap para penyampai pesan ilahi yang sejati. Orang-orang di Israel pada masa itu, yang merindukan kenyamanan dan menghindari kebenaran yang keras, lebih memilih untuk mendengarkan para nabi palsu ini. Mikha, sebagai nabi Tuhan yang sejati, mengungkapkan kekecewaan dan murka Tuhan atas perilaku umat-Nya yang lebih suka dibuai oleh kebohongan daripada ditegur oleh kebenaran. Kenabian palsu ini menjadi seperti angin sepoi-sepoi yang menenangkan, padahal badai penghakiman sedang mengancam.
Ketika umat mengabaikan suara nabi yang diutus Tuhan dan justru mendengarkan para penyebar kebohongan, konsekuensinya bisa sangat merusak. Kenabian palsu menciptakan ilusi keamanan yang palsu. Umat merasa baik-baik saja, padahal mereka sedang menjauh dari jalan Tuhan. Ini seperti seseorang yang sakit parah tetapi hanya diberi pereda nyeri tanpa pengobatan yang tepat; gejalanya mereda sementara penyakitnya semakin mengganas.
Para nabi palsu dalam ayat ini digambarkan sebagai orang-orang yang siap "mengarang cerita" demi keuntungan pribadi atau sekadar untuk mendapatkan pujian. Mereka tidak bergumul dengan firman Tuhan, tidak merasakan beban kebenaran, melainkan hanya memanfaatkan situasi untuk menyampaikan pesan yang populer. Sikap ini sangat kontras dengan para nabi sejati yang seringkali membawa pesan berat dan menghadapi penolakan. Ayat ini mengingatkan kita akan pentingnya kebijaksanaan dalam memilah pesan, terutama yang berkaitan dengan rohani. Kita harus berhati-hati agar tidak mudah terbuai oleh kata-kata manis yang tidak berakar pada kebenaran ilahi.
Peringatan dalam Mikha 2:11 tetap sangat relevan hingga hari ini. Di era informasi yang serba cepat, kita seringkali dibanjiri berbagai macam pesan dan ajaran. Ada banyak individu atau kelompok yang mungkin menyebarkan ajaran yang terdengar menarik atau memberikan solusi instan untuk masalah kehidupan, namun belum tentu berasal dari sumber yang benar. Penting bagi kita untuk selalu menguji setiap ajaran dengan firman Tuhan, berdoa memohon hikmat, dan tidak ragu untuk menolak apa pun yang bertentangan dengan kebenaran Alkitab.
Tuhan menghendaki umat-Nya untuk hidup dalam kebenaran. Kenabian palsu, dalam bentuk apa pun, selalu berusaha menjauhkan manusia dari kebenaran tersebut. Ayat ini adalah pengingat untuk tetap waspada, berpegang teguh pada firman Tuhan, dan berani mencari kebenaran bahkan ketika itu tidak selalu mudah atau populer. Seperti yang ditegaskan dalam ayat ini, orang yang berbicara dengan angin dan dusta akan menjadi nabi bagi umat yang memilih untuk tidak mendengar suara kebenaran.