Mikha 6:2 - Panggilan Tuhan untuk Berdebat dengan Umat-Nya

"Dengarlah, hai gunung-gunung di Samaria, dan dasar-dasar bumi yang kuat; sebab TUHAN mempunyai pertengkaran dengan umat-Nya dan akan memberi tuntutan kepada Israel."
Gunung-gunung Bersaksi Tuhan Memanggil Israel

Ilustrasi: Gunung-gunung yang menyaksikan panggilan Tuhan.

Ayat Mikha 6:2 membuka sebuah dialog penting antara Tuhan dengan umat pilihan-Nya, Israel. Kata "Dengarlah" yang mengawali ayat ini bukanlah sekadar ajakan biasa, melainkan sebuah seruan yang kuat untuk memberikan perhatian penuh. Tuhan memanggil segala sesuatu, bahkan gunung-gunung dan dasar bumi, untuk menjadi saksi atas sebuah "pertengkaran" yang akan terjadi. Konsep "pertengkaran" di sini merujuk pada sebuah proses pengadilan ilahi, di mana Tuhan hendak menyampaikan tuntutan dan kebenaran-Nya kepada umat yang telah Ia pilih dan selamatkan.

Mikha, sebagai nabi, bertugas menyampaikan firman Tuhan ini. Israel, yang seharusnya menjadi umat yang taat dan setia, ternyata telah menyimpang jauh dari jalan Tuhan. Mereka telah jatuh ke dalam dosa kemusyrikan, ketidakadilan sosial, dan pelanggaran perjanjian. Tuhan, dalam kasih dan keadilan-Nya, tidak bisa membiarkan pelanggaran ini begitu saja. Melalui pertengkaran ini, Tuhan ingin menunjukkan bahwa Ia adalah hakim yang adil, namun juga Ia adalah Tuhan yang masih memberikan kesempatan untuk introspeksi dan pertobatan.

Penting untuk memahami konteks historis di balik ayat ini. Israel berada di ambang kehancuran, baik secara politik maupun spiritual. Ancaman dari bangsa-bangsa lain semakin nyata, dan kondisi sosial di dalam negeri pun memburuk. Tuhan menggunakan Mikha untuk mengingatkan mereka bahwa semua kesulitan ini adalah akibat dari ketidaktaatan mereka. Panggilan Tuhan untuk "berdebat" ini adalah tanda bahwa Tuhan masih peduli dan ingin memperbaiki hubungan-Nya dengan Israel.

Pertengkaran ini bukan berarti Tuhan marah tanpa alasan. Sebaliknya, ini adalah bentuk kepedulian-Nya. Tuhan ingin umat-Nya mengerti konsekuensi dari pilihan mereka. Ia menunjukkan bahwa Ia telah memberikan segala sesuatu: hukum-Nya, perjanjian-Nya, keselamatan dari perbudakan di Mesir, dan kepemimpinan-Nya melalui para nabi. Namun, semua itu seolah sia-sia ketika Israel memilih untuk mengabaikan-Nya dan mengikuti jalan duniawi.

Ayat ini memiliki relevansi yang mendalam bagi kita saat ini. Tanpa disadari, kita pun bisa saja tergelincir ke dalam pola hidup yang menjauhkan kita dari Tuhan. Kesibukan dunia, godaan materi, atau bahkan keangkuhan diri bisa membuat kita lupa akan panggilan Tuhan. Sama seperti Israel, kita juga dipanggil untuk "mendengar" dan merenungkan hubungan kita dengan Tuhan. Tuhan selalu siap untuk "berdebat" dalam arti menegur kita dengan kasih, menunjukkan kesalahan kita, dan menawarkan jalan pemulihan. Yang terpenting adalah kesediaan kita untuk membuka hati, mengakui kelemahan diri, dan kembali kepada-Nya.

Proses "pertengkaran" ilahi ini pada akhirnya akan membawa pada kebenaran dan keadilan. Tuhan tidak akan membiarkan kejahatan menang selamanya. Melalui teguran dan tuntutan-Nya, diharapkan umat-Nya akan tersadar dan kembali kepada jalan yang benar, menemukan kembali kedamaian dan berkat yang sesungguhnya dari hadirat Tuhan.

Jika Anda ingin membaca lebih lanjut tentang ajaran Tuhan dan bagaimana menjalani hidup yang berkenan kepada-Nya, Anda bisa merujuk pada kitab Mikha atau bagian lain dari Alkitab yang berbicara tentang perjanjian dan pemulihan.