Ayat Mikha 6:9 merupakan seruan peringatan yang kuat dari Nabi Mikha, yang disampaikan atas nama TUHAN. Dalam konteks sejarah bangsa Israel, ayat ini mengingatkan mereka akan keseriusan perintah dan konsekuensi dari ketidaktaatan. TUHAN tidak hanya memberikan hukum dan petunjuk, tetapi juga secara aktif mengawasi bagaimana umat-Nya merespons. Suara TUHAN yang terdengar oleh kota adalah panggilan untuk introspeksi diri, untuk mendengarkan dengan saksama apa yang dikehendaki oleh Sang Pencipta.
Peringatan ini bukan sekadar ancaman kosong, melainkan ungkapan kepedulian ilahi. TUHAN ingin umat-Nya berbalik dari jalan yang salah, dari ketidakadilan, penindasan, dan penyembahan berhala. Pertanyaan retoris, "Siapakah yang akan luput dari hukuman-Mu?", menegaskan bahwa tidak ada seorang pun yang dapat mengabaikan atau menghindari pertanggungjawaban di hadapan kekudusan dan keadilan ilahi. Ini adalah pengingat universal bahwa setiap tindakan memiliki dampak, dan setiap pilihan akan dihadapkan pada standar kebenaran.
Pada masa Mikha, bangsa Israel menghadapi berbagai bentuk penyimpangan moral dan spiritual. Para pemimpin seringkali korup, orang kaya menindas orang miskin, dan praktik keagamaan dilakukan hanya sebagai ritual kosong tanpa hati yang tulus. TUHAN melalui Mikha menyerukan pertobatan yang sejati, bukan sekadar persembahan korban yang melimpah. Peringatan dalam Mikha 6:9 menyoroti kebutuhan mendesak untuk memperbaiki hati dan tindakan.
Relevansi ayat ini tetap kuat hingga kini. Dalam dunia yang seringkali didominasi oleh kebisingan informasi, tuntutan material, dan godaan untuk mengabaikan nilai-nilai moral, suara TUHAN bisa jadi sulit untuk didengar. Namun, ayat ini mengingatkan kita bahwa panggilan ilahi selalu ada, menawarkan kesempatan untuk mendengar, memahami, dan merespons. Peringatan ini mendorong kita untuk memeriksa kehidupan kita sendiri: apakah kita mendengarkan suara hati nurani yang dibimbing oleh firman Tuhan? Apakah kita bertindak dengan keadilan, belas kasihan, dan kerendahan hati dalam hubungan kita dengan sesama?
Menerima peringatan ini berarti membuka diri terhadap teguran ilahi, yang pada akhirnya bertujuan untuk memulihkan dan membimbing kita kembali ke jalan yang benar. Ini adalah undangan untuk hidup dengan kesadaran akan kehadiran TUHAN dalam segala aspek kehidupan kita, dan untuk merespons panggilan-Nya dengan ketaatan yang tulus, bukan karena takut akan hukuman, tetapi karena kasih dan kerinduan untuk menyenangkan Dia.