"...dan atas mezbah itu: kelipatan hasil panen minyak, baik yang baru maupun yang disimpan, untuk orang Lewi; sepersepuluhan dari hasil gandum, anggur dan minyak untuk para imam, untuk disimpan di rumah Allah kita di bilik-bilik rumah Allah kita."
Ayat Nehemia 10:14 merupakan bagian dari perjanjian yang dibuat oleh umat Israel yang kembali dari pembuangan Babel. Perjanjian ini adalah sebuah komitmen serius untuk kembali menaati hukum Taurat Allah dan memulihkan kehidupan rohani serta sosial mereka. Ayat ini secara spesifik menyoroti tanggung jawab umat dalam memberikan persembahan dan persepuluhan yang seharusnya. Ini bukan sekadar kewajiban finansial, melainkan sebuah manifestasi ketaatan, rasa syukur, dan pengakuan atas berkat yang telah Tuhan limpahkan.
Dalam konteks sejarah Israel kuno, persembahan dan persepuluhan memiliki makna ganda. Pertama, sebagai bentuk dukungan materiil bagi para imam dan orang Lewi yang mengabdikan diri sepenuhnya untuk pelayanan di Bait Allah. Mereka tidak memiliki tanah warisan seperti suku-suku lain, sehingga bergantung pada persembahan umat untuk menopang kehidupan mereka. Ayat Nehemia 10:14 menegaskan kembali aliran dukungan ini, memastikan bahwa pelayanan Bait Allah dapat terus berjalan.
Kedua, praktik memberikan persembahan dan persepuluhan adalah ujian ketaatan dan kepercayaan kepada Allah. Dengan memberikan sebagian dari hasil panen mereka, umat secara implisit mengakui bahwa segala yang mereka miliki berasal dari tangan Tuhan. Ini adalah bentuk penyerahan diri dan penolakan terhadap keserakahan atau kemandirian yang semu. Dalam Kitab Maleakhi, Allah bahkan menantang umat-Nya untuk menguji-Nya dalam hal ini, dengan janji bahwa Ia akan membuka tingkap-tingkap langit dan melimpahkan berkat yang tak terhingga (Maleakhi 3:10).
Meskipun konteks Bait Allah dan sistem peribadatan Israel kuno telah berubah seiring kedatangan Yesus Kristus, prinsip di balik ayat Nehemia 10:14 tetap relevan. Bagi gereja masa kini, prinsip memberikan persembahan dan persepuluhan tetap menjadi sarana penting untuk mendukung pelayanan Injil, memelihara para pelayan Tuhan, serta membiayai berbagai program penginjilan dan pelayanan sosial.
Lebih dari sekadar memberikan sebagian harta, inti dari persembahan yang tulus adalah hati yang rela dan bersyukur. Persembahan yang diberikan dengan sukacita dan keyakinan akan lebih berkenan di hadapan Tuhan daripada persembahan yang diberikan karena terpaksa atau sekadar memenuhi kewajiban. Ayat ini mengajarkan bahwa ketaatan kepada Tuhan sering kali melibatkan pengorbanan materiil, namun pengorbanan tersebut selalu disertai dengan janji berkat dan pemeliharaan ilahi. Mengingat kembali Nehemia 10:14 dapat menjadi pengingat untuk terus memprioritaskan pekerjaan Tuhan dalam kehidupan kita, dengan hati yang murah hati dan iman yang teguh.