Nehemia 13:23

"Pada waktu itu juga kulihat orang-orang Yehuda telah memperisteri perempuan-perempuan dari Asdod, dari Amon dan dari Moab."

Bersatu

Ayat Nehemia 13:23 membuka tirai ke dalam salah satu tantangan terberat yang dihadapi oleh umat Allah setelah kepulangan dari pembuangan Babel. Nehemia, seorang pemimpin yang teguh, menemukan fakta bahwa banyak orang Israel yang telah kembali telah mengambil istri dari bangsa-bangsa asing di sekitar mereka, yaitu dari Asdod, Amon, dan Moab. Keputusan ini, yang tampaknya sederhana bagi sebagian orang, membawa implikasi teologis dan sosial yang mendalam bagi identitas dan kesetiaan mereka kepada Tuhan.

Dalam Perjanjian Lama, pentingnya menjaga kemurnian keturunan Israel dan menghindari perkawinan campur ditekankan berulang kali. Hal ini bukan semata-mata karena prasangka rasial, melainkan lebih kepada upaya menjaga kemurnian ibadah kepada TUHAN dan mencegah pengaruh ajaran serta praktik penyembahan berhala yang dominan di bangsa-bangsa tetangga. Kejatuhan Israel pada masa lalu seringkali dikaitkan dengan kompromi iman yang dimulai dari hal-hal kecil, termasuk pernikahan dengan orang yang tidak menyembah Tuhan yang benar.

Ketika Nehemia menyaksikan situasi ini, hatinya pasti bergejolak. Ia melihat bagaimana perjanjian yang dibuat dengan Tuhan mulai terkikis, bukan oleh serangan musuh dari luar, melainkan oleh keputusan pribadi yang mengabaikan firman-Nya. Isu ini menyentuh inti dari identitas mereka sebagai umat pilihan Allah. Apakah mereka akan terus berjalan dalam kesetiaan kepada hukum Taurat dan tradisi leluhur mereka, ataukah mereka akan larut dalam budaya dan kebiasaan bangsa-bangsa lain? Tantangan ini membutuhkan tindakan tegas dari Nehemia.

Menghadapi situasi ini, Nehemia tidak ragu untuk bertindak. Ia menegur para pemimpin dan seluruh umat. Tindakannya ini menunjukkan bahwa kesetiaan kepada Tuhan dan integritas umat-Nya adalah prioritas utama yang tidak bisa dikompromikan. Keputusan untuk memutuskan hubungan dengan istri-istri asing tersebut, meskipun sangat sulit dan menyakitkan, merupakan langkah drastis namun perlu demi pemurnian kembali identitas rohani Israel. Hal ini mengingatkan kita bahwa dalam hidup beriman, terkadang kita dihadapkan pada pilihan sulit yang menguji sejauh mana kita siap memprioritaskan Tuhan di atas kenyamanan atau tradisi yang tidak sesuai dengan kehendak-Nya.

Kisah ini memberikan pelajaran berharga bagi umat beriman di masa kini. Di tengah arus globalisasi dan pluralisme, tantangan untuk mempertahankan identitas iman seringkali muncul dalam bentuk yang lebih halus. Nehemia 13:23 mengajarkan kita tentang pentingnya menjaga kesetiaan pada prinsip-prinsip ilahi, waspada terhadap kompromi iman, dan memiliki keberanian untuk mengambil tindakan, betapapun sulitnya, demi keutuhan hubungan kita dengan Tuhan dan kemurnian gereja-Nya.