Mazmur 119, pasal terpanjang dalam Alkitab, adalah sebuah ode yang mendalam tentang firman Tuhan. Di antara sekian banyak bait yang merayakan hukum, perintah, ketetapan, dan kesaksian-Nya, ayat 171 muncul sebagai puncak ekspresi syukur dan pujian. "Biarlah bibirku meluap dengan puji-pujian, sebab Engkau mengajarkan ketetapan-ketetapan-Mu." Ayat ini bukan sekadar ungkapan keinginan, melainkan sebuah komitmen spiritual yang lahir dari pengalaman mendalam akan kebaikan dan hikmat ilahi.
Kenyataan bahwa bibir si pemazmur "meluap" menunjukkan sebuah luapan yang tak terbendung. Ini bukan pujian yang dipaksakan atau sekadar formalitas, melainkan sebuah luapan sukacita dan kekaguman yang begitu besar sehingga sulit untuk ditahan. Sumber dari luapan ini sangat jelas: "sebab Engkau mengajarkan ketetapan-ketetapan-Mu." Ketetapan-ketetapan Tuhan, yang meliputi seluruh aspek kehidupan, adalah sumber kebenaran, arahan, dan keselamatan. Ketika seseorang secara sungguh-sungguh memahami dan menghayati ajaran Tuhan, reaksinya adalah pujian yang tulus.
Dalam dunia yang seringkali penuh dengan ketidakpastian dan kebingungan, firman Tuhan hadir sebagai peta jalan yang jelas dan kompas yang akurat. Ketetapan-ketetapan-Nya memberikan struktur, moralitas, dan tujuan. Ia mengajarkan kita cara hidup yang benar, cara berhubungan dengan sesama, dan yang terpenting, cara mengenal Tuhan lebih dalam. Proses pengajaran ini adalah anugerah. Ia membuka mata rohani kita, menerangi jalan yang gelap, dan memberikan kekuatan untuk berjalan dalam kebenaran. Oleh karena itu, adalah wajar dan bahkan penting bagi hati yang telah diajari oleh Tuhan untuk merespons dengan pujian.
Ayat ini juga mengingatkan kita akan peran aktif Tuhan dalam hidup kita. Bukan hanya Dia yang memberikan firman, tetapi Dia juga yang aktif mengajarkannya. Ini adalah hubungan dinamis antara ilahi dan manusia. Ketika kita membuka hati dan pikiran kita untuk menerima pengajaran-Nya, Tuhan bekerja untuk menanamkan hikmat-Nya di dalam kita. Hasilnya adalah kehidupan yang diwarnai oleh rasa syukur yang mendalam dan ekspresi pujian yang tak henti-hentinya. Pujian ini menjadi kesaksian bagi dunia, menunjukkan kuasa transformatif dari firman Tuhan.
Dengan demikian, Mazmur 119:171 menjadi sebuah undangan bagi kita semua. Undangan untuk merenungkan ajaran Tuhan, merasakan kedalaman kasih dan hikmat-Nya, dan sebagai respons, membiarkan pujian mengalir dari lubuk hati kita. Pujian yang tulus adalah bahasa jiwa yang paling murni, sebuah pengakuan akan kebesaran Tuhan dan kesetiaan-Nya yang abadi. Biarlah bibir kita, layaknya bibir si pemazmur, meluap dengan puji-pujian karena kebaikan-Nya yang tak terhingga.