Ilustrasi: Batu-batu yang ditata ulang menjadi tembok yang kokoh.
Ayat Nehemia 4:2 merupakan bagian dari narasi di Kitab Nehemia yang menggambarkan perjuangan umat Yahudi dalam membangun kembali tembok Yerusalem setelah pembuangan di Babel. Ayat ini secara spesifik menampilkan sindiran dan keraguan yang dilontarkan oleh musuh-musuh mereka, terutama Sanbalat orang Horon, Tobia hamba orang Amon, dan Gesem orang Arab. Mereka meremehkan semangat dan kemampuan umat Yahudi yang baru saja kembali ke tanah air mereka dan memulai proyek pembangunan yang monumental.
Ucapan Sanbalat yang terkandung dalam ayat ini sangat merendahkan. Ia menyebut umat Yahudi sebagai "orang-orang Yahudi yang lemah." Perkataan ini menyiratkan bahwa mereka tidak memiliki kekuatan fisik, sumber daya, atau bahkan tekad yang cukup untuk menyelesaikan tugas berat di hadapan mereka. Lebih jauh lagi, Sanbalat mempertanyakan motivasi dan tujuan mereka: "Akankah mereka berbuat seperti yang mereka inginkan? Akankah mereka mengorbankan?" Pertanyaan retoris ini menyoroti pandangan sinis musuh, yang meragukan apakah umat Yahudi memiliki kedalaman iman atau komitmen yang diperlukan untuk mencapai tujuan mereka.
Klaim selanjutnya, "Akankah mereka menyelesaikan dalam sehari? Akankah mereka menghidupkan kembali batu-batu dari tumpukan puing itu, padahal mereka sudah berkarat?" menunjukkan ketidakpercayaan total terhadap kemampuan praktis umat Yahudi. Membangun kembali tembok kota yang hancur lebur membutuhkan tenaga kerja yang besar, keterampilan, bahan bangunan, dan waktu yang sangat lama. Sanbalat menggunakan gambaran batu-batu yang sudah tua dan berkarat sebagai metafora untuk menggambarkan kondisi umat dan puing-puing yang harus mereka hadapi, seolah-olah pekerjaan itu mustahil.
Pesan yang ingin disampaikan oleh Sanbalat dan para penentang lainnya adalah agar umat Yahudi kehilangan semangat, berhenti membangun, dan merasa putus asa. Mereka berusaha menanamkan rasa tidak berdaya dan keraguan diri di antara para pembangun. Ini adalah taktik umum yang digunakan oleh pihak oposisi untuk menggagalkan suatu proyek: merendahkan, mencemooh, dan menumbuhkan keraguan. Mereka berharap agar dengan menyebarkan pandangan negatif, para pekerja akan kehilangan motivasi dan menyerah.
Namun, apa yang dilupakan oleh Sanbalat dan rekan-rekannya adalah kekuatan iman dan tekad yang mendorong Nehemia dan umatnya. Meskipun menghadapi ejekan dan ancaman, mereka tidak berhenti. Nehemia, dengan semangat yang kuat dan keyakinan pada pertolongan Tuhan, memimpin umatnya untuk terus bekerja. Ayat-ayat selanjutnya dalam pasal ini dan di kitab Nehemia secara keseluruhan menunjukkan bagaimana umat tersebut bertahan, bahkan ketika mereka harus bekerja dengan satu tangan sambil memegang senjata di tangan lain untuk melindungi diri dari serangan.
Kisah Nehemia 4:2 mengajarkan kita tentang pentingnya ketahanan dalam menghadapi kritik dan tantangan. Seringkali, ketika kita sedang berjuang untuk mencapai tujuan yang mulia, akan ada suara-suara di sekitar kita yang meragukan, meremehkan, atau bahkan mencoba menjatuhkan kita. Kunci untuk mengatasinya adalah dengan menjaga fokus pada visi, memperkuat keyakinan diri, dan, bagi mereka yang beriman, mengandalkan kekuatan ilahi yang lebih besar. Keraguan dari luar tidak boleh memadamkan api tekad dari dalam.