Nehemia 6:5 - Sabotase Pembangunan Yerusalem

"Kemudian Sanbalat menyuruh seorang bujangnya yang kelima kali kepadaku dengan surat yang terbuka di tangannya."

Kisah pembangunan kembali tembok Yerusalem di bawah kepemimpinan Nehemia adalah sebuah narasi penuh perjuangan, ketekunan, dan menghadapi berbagai bentuk perlawanan. Salah satu bentuk perlawanan yang paling licik digambarkan dalam Nehemia 6:5, ketika Sanbalat, salah satu musuh utama Nehemia, mengirimkan pesannya yang kelima kalinya. Kali ini, pesan tersebut disampaikan dalam bentuk surat terbuka.

Pesan Sanbalat yang terus-menerus dikirimkan kepada Nehemia dan para pemimpin Yehuda menunjukkan betapa gigihnya para musuh berusaha menghentikan pekerjaan mulia ini. Dari berbagai ancaman, ejekan, hingga upaya intimidasi, mereka tidak pernah lelah mencari cara untuk mendemoralisasi dan menghentikan pembangunan tembok. Pengiriman surat yang kelima kali ini, dengan metode yang lebih terbuka, menunjukkan peningkatan intensitas dan strategi licik yang mereka gunakan.

Mengapa Sanbalat memilih mengirimkan surat terbuka? Ada beberapa kemungkinan interpretasi. Pertama, ini bisa jadi merupakan taktik untuk mempermalukan Nehemia. Surat terbuka berarti isinya dapat dibaca oleh siapa saja, termasuk para pekerja di tembok dan bahkan musuh-musuh mereka yang mungkin ada di dalam kota. Sanbalat mungkin berharap isi surat itu akan berisi tuduhan palsu atau penghinaan yang dapat merusak reputasi Nehemia atau menimbulkan kecurigaan di antara bangsanya sendiri.

Kedua, surat terbuka bisa jadi dimaksudkan sebagai bentuk propaganda. Dengan menyebarkan pesannya secara luas, Sanbalat berusaha menyebarkan ketakutan dan keraguan di kalangan orang-orang Yehuda. Pesan tersebut mungkin berisi peringatan palsu tentang ancaman yang akan datang, atau tuduhan bahwa Nehemia sedang merencanakan sesuatu yang buruk bagi Persia, penguasa saat itu. Tujuannya adalah agar orang-orang Yehuda kehilangan kepercayaan pada Nehemia dan akhirnya menarik dukungan mereka.

Ketiga, pemilihan surat terbuka bisa juga menunjukkan keputusasaan Sanbalat. Setelah berbagai upaya langsung gagal, ia terpaksa menggunakan taktik yang lebih terbuka, bahkan jika itu berisiko menimbulkan kecurigaan terhadap motifnya sendiri. Ini adalah upaya terakhir untuk menciptakan kekacauan dan mengganggu jalannya pekerjaan.

Nehemia, dalam menghadapi perlawanan yang terus-menerus ini, menunjukkan ketabahan yang luar biasa. Sebaliknya dari terintimidasi atau terpengaruh oleh taktik Sanbalat, ia justru mengambil sikap yang bijaksana. Ia tidak mengabaikan pesan tersebut, namun juga tidak membiarkan dirinya terprovokasi secara emosional. Sebaliknya, ia mengandalkan Tuhan dan terus fokus pada tugas yang diembannya. Kisah ini mengajarkan kita bahwa dalam menghadapi oposisi, baik itu dalam skala pribadi, pekerjaan, maupun spiritual, kita perlu memiliki integritas, ketekunan, dan keyakinan pada tujuan yang sedang kita kerjakan, serta tidak mudah terpengaruh oleh segala bentuk sabotase dan intimidasi.